Plakat Pendek menaklukkan Kerajaan Aceh. Belanda melaksanakan siasat garis pemusatan atau lebih dikenal dengan Konsentrasi Stelsel untuk menguasai Aceh kembali. Pasukan Belanda di pusatkan di benteng-benteng yang didirikan Belanda dan tidak akan melakukan serangan ke luar kota kembali.
Perlawanan rakyat Aceh semakin meningkat dengan tampilnya tokoh-tokoh seperti : Tengku Cik Di Tiro, Panglima Polim, Cut Mutia, Teuku Umar, dan Cut Nyak Dien. Semangat perang rakyat Aceh telah menimbulkan kerugian banyak di pihak Belanda.
Suatu saat pemerintah Belanda mengutus seorang peneliti yang bertugas menyelidiki kelemahan rakyat Aceh. Orang tersebut bernama Snouck Hurgronje, seorang ahli agama Islam yang menyamar sebagai ulama dari Turki dengan nama Abdul Gaffar.
Hasil dari penyelidikannya ditulis dalam buku yang berjudul "De Atjehers". Ia menyimpulkan bahwa untuk menakhlukkan rakyat Aceh, harus digunakan siasat kekerasan menyeluruh. Usul dari Snouck Hurgronje ini, pada awalnya mendapat tentangan dari pemerintah Belanda.
Namun akhirnya Belanda menunjuk Jenderal van Heutz untuk melaksanakan tugas tersebut. Jenderal van Heutz kemudian membentuk pasukan anti gerilya yang disebut sebagai pasukan Marsose.
Pada tahun 1899, Belanda mulai melancarkan serangan besar-besaran secara serentak ke berbagai wilayah Aceh. Pasukan Belanda melakukan pembunuhan dan memusnahkan tiap daerah yang diserangnya, termasuk rakyat kecil yang tidak ikut perang.
Plakat Pendek
Siasat kekerasan tersebut membuat pasukan Aceh mulai terdesak dan bertahan di Benteng Kuto Reh. Benteng tersebut dipertahankan mati-matian oleh para pejuang Aceh. Pada tahun 1904, para pemimpin Aceh terpaksa menandatangani Plakat Pendek dengan belanda. Inti dari perjanjian tersebut adalah Kerajaan Aceh mengakui kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia.
Baca juga Perlawanan Aceh terhadap VOC
No comments:
Post a Comment