Thursday, April 30, 2015

Letak Astronomik, Geologik, dan Geografik Indonesia

Perlu diketahui, bahwa letak suatu wilayah di permukaan bumi itu dapat ditinjau dari berbagai sudut, yaitu letak astronomik, letak geologik, letak sosial, politik, ekonomik dan letak geografik, atau dinamakan juga letak geografis. Lalu, bagaimanakah letak Astronomik, Geologik, dan Geografik Indonesia? Marilah kita uraikan secara sekilas mengenai hal-hal tersebut.

Letak Astronomik

Secara astronomik, wilayah Republik Indonesia terletak antara 95 derajat Bujur Timur dengan 141 derajat Bujur Timur, dan antara 6 derajat Lintang Utara dengan 11 derajat Lintang Selatan. Artinya bagian paling Barat wilayah negara Indonesia terletak pada garis Bujur Timur 95 derajat, bagian paling timur terletak pada Bujur Timur 141 derajat, antara Pulau We dengan batas Irian Jaya - Papua Nugini.

Bagian paling utara yaitu Pulau We terletak pada 6 derajat Lintang Utasra, sedangkan yang paling selatan yaitu pantai selatan Pulau Roti (Rote) dilalui garis lintang 11 derajat Selatan. Akibat letak astronomik seperti itu, seluruh wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropika dan di wilayah itu terdapat 3 daerah waktu, yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), WITA (Waktu Indonesia Tengah), dan Waktu Indonesia Timur (WIT).

Letak Geologik

Secara geologik, wilayah Indonesia sebagai berikut :
1. Terletak pada pertemuan dua deretan pegunungan lipatan muda Sirkum Pasifik dan Mediterania.
2. Merupakan tempat pertemuan antara tiga lempeng litosfera, yaitu lempeng Asia yang relatif stabil, lempeng Indo-Australia yang meliputi lempeng Indo-Australia yang meliputi lempeng dasar Samudera India dan yang bergerak ke arah utara dan yang ketiga lempeng dasar lautan Pasifik yang bergerak ke arah Barat-Barat Daya.

Teori mutakhir dalam dunia geologi ialah Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonik Theory) yang merupakan kelanjutan dan perbaikan dari teori Pengapungan Benua (Continental Drift) yang pernah dikemukakan oleh Wegener (1912). Tektonik Lempeng dalam perkembangannya dapat menerangkan secara gamblang hal-hal yang tidak dapat dijelaskan dengan teori Pengapungan Benua.

Menurut Konsepsi Tektonik Lempeng, bagian paling atas kulit bumi itu merupakan lapisan kaku berketebalan 75 sampai 125 km. Lapisan yang padat itu terpecah-pecah menjadi tidak kurang dari selusin bagian yang besar dan banyak lagi bagian yang lebih kecil.

Bagian-bagian litosfera itu terdiri atas lempeng-lempeng, yaitu suatu bentukan yang ukuran mendatarnya (panjang dan lebarnya) jauh lebih besar daripada tebalnya. Itulah sebabnya teori ini dinamakan Tektonik lempeng.

Lempeng-lempeng itu masing-masing bergerak menjauh dari tempat awal tumbuhnya, yaitu berupa pemunculan di tengah samudera, kemudian pada bagian lain bertumbukan dengan lempeng lain, sehingga lempeng yang satu menyesar ke bawah lempeng yang lain dengan membentuk penekukan. Pada bagian lain dua buah lempeng yang berdampingan membentuk pergeseran horisontal. Gerakan pergeseran itu sekitar 10 cm dalam setahun.

Pertemuan antara Lempeng Asia dengan Lempeng Indo Australia terdapat di lepas pantai Barat Sumatra, Selatan Jawa, Bali, dan Nusatenggara. Di bagian itu Lempeng Dasar Samudra India yang merupakan bagian dari Lempeng Indo Australia menekuk ke bawah tepi Selatan Lempeng Asia, sehingga di sepenjang pertemuan dua lempeng tersebut sebagai berikut :
  1. Terbentuk palung laut yang memanjang, mulai dari lepas pantai Barat Sumatra, lepas pantai Selatan Jawa terus ke Timur.
  2. Terjadi pembengkakan lempeng pada bagian lempang Asia sepanjang daerah pertemuan tersebut, yaitu Bukit Barisan, pegunungan sepanjang Pulau Jawa serta deretan pulau-pulau Nusa Tenggara.
  3. Terjadi pergesekan dua lempeng yang menimbulkan panas dan membentuk lava, lalu keluar membentuk gunung api. Gunung api aktif di Indonesia terdapat di sepanjang jalur itu.
  4. Akibat pergesekan itu pula, terjadilah getaran-getaran kulit bumi yang merambat sampai ke permukaan bumi. Daerah ini merupakan daerah yang kaya akan hiposentra gempa.
Letak Astronomik, Geologik, dan Geografik Indonesia

Daerah tempat dua lempeng berbatasan :
  1. Lempeng yang saling menjauh, yaitu tempat lempeng mulai tumbuh di dasar samudera.
  2. Tempat lempeng-lempeng saling bertumbukan. 1. Palung laut, 2. Pembengkakan lempeng, Vulkanisme, 4. Hiposentra gempa.
  3. Dua lempeng bergesekan horisontal.

Letak Geografik

Letak geografik, yaitu letak suatu region dilihat dari bagian permukaan bumi yang lain. Secara geografik, wilayah Republik Indonesia terletak antara dan benua, yaitu Asia dengan Australia dan antara dua samudera, yaitu Samudera India dan Pasifik. Letak seperti itu menempatkan wilayah negara kita pada posisi silang yang mempunyai akibat secara fisikal, sosial, ekonomik maupun politik.

Letak Indonesia di antara dua benua, yang satu di Utara dan yang satu lagi di Selatan khatulistiwa, menyebabkan Indonesia dipengaruhi iklim muson atau iklim musim, yaitu iklim yang memiliki dua musim : hujan dan kemarau, karena perubahan arah angin tiap setengah tahun dengan arah yang berlawanan. Lebih lanjut mengenai iklim ini akan dibicarakan pada bagian lain.

Apabila kita ingat akan sejarah perpindahan bangsa-bangsa dari Asia, wilayah negara kita merupakan tempat pemukaannya yang baru. Pertemuan antara penduduk asli dengan para pendatang itu membentuk nenek moyang bangsa Indonesia.

Bukan hanya orangnya, kebudayaannya pun merupakan kebudayaan para pendatang itu yang berkembang sendiri-sendiri di tempat yang berlainan, dengan lingkungan geografik yang berbeda. Lahirlah kelompok sosial serta budaya yang beraneka ragam di seluruh wilayah negara Indonesia. Semua itu adalah antara lain karena letak geografik tanah air Indonesia.

Dewasa ini perjalanan melalui air maupun udara antara Asia dengan Australia melalui pelabuhan-pelabuhan dan pangkalan udara yang ada di Indonesia. Indonesia merupakan tempat persinggahan kapal laut maupun pesawat terbang yang menghubungkan kota-kota di Asia dan Australia.

Bukan itu saja, kapal-kapal dari Asia Timur, seperti Jepang dan Cina yang akan menuju Asia Selatan tentu harus melalui perairan negara kita . Demikian pula kapal-kapal dari Samudera Pasifik ke Samudera India dan sebaliknya, tak sedikit yang melalui perairan Indonesia.

Dengan begitu, negara kita dapat mengambil keuntungan dari fasilitas angkutan tersebut berupa penggunaan jasa angkutan, penjualan bahan bakar, pemungutan bea, tambahan lapangan pekerjaan dan sebagainya.

Yang tak dapat diabaikan akibat dari letak geografik ini, ialah pengaruh politik yang dirasakan oleh Republik Indonesia dari negara tetangga di Asia maupun Australia.

Itulah Letak Astronomik, Geologik, dan Geografik Indonesia, semoga menambah wawasan geografi bagi para pembaca.
Read more ...

Tuesday, April 28, 2015

Kelahiran Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pengganti Muhammad SAW

Abu Bakar Ash-Shiddiq (nama lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al Quraisyi). Berarti silsilahnya dengan Nabi Muhammad bertemu pada Murrah bin Ka'ab). Selengkapnya silahkan lihat artikel sejarah Islam di Silsilah Umar bin Khattab dengan Nabi Muhammad.

Ia dilahirkan pada tahun 573 M, di lingkungan suku yang sangat berpengaruh dan banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya bernama Utsman (Abu Kuhafah) bin Amir bin Amr bin Ka'ab bin Saad bin Laym bin Mun'ah bin Ka'ab bin Lu'ay, berasal dari suku Quraisy. Sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair Salmah binti Sahr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taym bin Murrah. Garis keturunannya bertemu pada neneknya, yaitu Ka'ab bin Sa'ad.

Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai  didakwahkan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW, dikarenakan sejak kecil ia telah mengenal keagungan Muhammad.

Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa raga dan harta bendanya untuk Islam. Tercatat dalam sejarah, dia pernah membela Nabi tatkala Nabi disakiti oleh suku Quraisy, menemani Rasul hijrah (silahkan baca kisah lenkapnya di artikel : Kisah kesetiaan Abu Bakar menemani Rasulullah hijrah ke Madinah), membantu kaum yang lemah dan  memerdekakannya, seperti terhadap Bilal, setia dalam setiap peperangan dan lain-lain.

Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimami shalat ketika Nabi sakit. Nabi Muhammad SAW pun wafat tak lama setelah kejadian tersebut.

Karena tidak ada pesan mengenai siapa penggantinya, maka dikemudian hari, pada saat jenazah Nabi belum dimakamkan di antara umat Islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat memikirkan pengganti Nabi.

Itulah perselisihan pertama terjadi pasca Nabi wafat. Perselisihan tersebut berlanjut ke perselisihan kedua di Saqifah Bani Sa'idah, pada saat kaum Anshar menuntut diadakannya pemilihan khalifah. Sikap kaum Anshar menunjukkan bahwa mereka lebih memiliki rasa kepedulian dalam hal berpolitik dibandingkan dengan kaum Muhajirin. Dalam hal ini, setidaknya ada persaingan di antara kaum Anshar, Muhajirin, dan Bani Hasyim.

Perdebatan pengganti Nabi Muhammad SAW

Aturan-aturan yang jelas tentang pengganti Nabi tidak ditemukan, yang ada hanyalah sebuah mandat yang diterima Abu Bakar menjelang wafatnya Nabi untuk menjadi badal imam shalat. Sesuatu yang masih merupakan tanda tanya terhadap mandat tersebut. Adakah suatu pertanda Nabi menunjuk Abu Bakar atau tidak?

Dalam pertemuan tersebut sebelum kaum Muhajirin datang, golongan Khajraz telah sepakat mencalonkan Salad bin Ubadah sebagai pengganti Rasul. Akan tetapi, suku Aus belum menjawab atas pandangan tersebut, sehingga terjadilah perdebatan di antara mereka dan pada akhirnya, Sa'ad bin Ubadah yang tidak menginginkan adanya perpecahan mengatakan bahwa ini merupakan awal dari perpecahan.

Melihat situasi yang memanas, Abu Ubaidah mengajak kaum Anshar agar bersikap tenang dan toleran, kemudian Basyir bin Sa'ad Abi An-Nu'man bin Basyir berpidato dengan mengatakan agar tidak memperpanjang masalah ini. Dalam keadaan yang sudah tenang, Abu Bakar berpidato. "Ini Umar dan Abu Ubaidah, siapa yang kalian kehendaki di antara mereka berdua, maka bai'atlah."

Baik Umar maupun Abu Ubaidah merasa keberatan atas ucapan Abu Bakar dengan mempertimbangkan berbagai alasan, di antaranya adalah ditunjuknya Abu Bakar sebagai pengganti Rasul dalam imam shalat, dan ini membuat Abu Bakar lebih berhak menjadi pengganti Rasulullah SAW. Kemudian diikuti Umar dan Abu Ubaidah dan diikuti secara serentak oleh semua hadirin.

Dari paparan di atas, terlihat bahwa Abu Bakar dipilih secara aklamasi, walaupun tokoh-tokoh lain tidak ikut membai'atnya, misalnya Ali bin Abi Thalib, Abbas, Thalhah, dan Zubair yang menolak dengan hormat. Mereka mempermasalahkan diangkatnya Abu Bakar tersebut. Keadaan penolakan tersebut akhirnya baru muncul setelah pada pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Kelompok lain yang tidak menyetujuinya ialah Anshar Salad bin Ubadah meskipun pada akhirnya tenggelam dalam sejarah.

Pembahasan-pembahasan tentang khilafah ini pada akhirnya menimbulkan berbagai aliran pemikiran dalam Islam. Dengan terpilihnya Abu Bakar serta pembai'atannya, resmilah berdiri kekhilafahan pertama di dunia Islam. Baca juga artikel yang membahas ini di : Abu Bakar diangkat menjadi khalifah pada tahun 11 Hijriyah, atau anda juga bisa membaca Kepribadian Abu Bakar as Siddiq yang patut dicontoh

Semoga artikel di atas menambah wawasan anda mengenai sejarah Islam dan bermanfaat untuk anda semua.
Read more ...

Monday, April 27, 2015

Sekilas peradaban zaman Nabi Muhammad SAW

Peradaban zaman Nabi Muhammad SAW. Peradaban atau kebudayaan pada masa Rasulullah SAW yang paling dahsyat adalah perubahan sosial. Suatu perubahan mendasar dari masa kebobrokan moral menuju moralitas yang beradab. Dalam tulisan Ahmad Al-Husairy diuraikan bahwa peradaban manusia pada masa Nabi dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri oleh Muhammad di bawah bimbingan wahyu. Diantaranya sebagai berikut :

1. Pembangunan Masjid Nabawi

Dikisahkan bahwa unta tunggangan Rasulullah berhenti di suatu tempat maka Rasulullah memerintahkan agar di tempat itu dibangun sebuah masjid. Rasulullah ikut serta dalam membangun masjid tersebut. Beliau mengangkat dan memindahkan batu-batu masjid itu dengan tangannya sendiri.

Saat itu, kiblat dihadapkan ke Baitul Maqdis. Tiang masjid terbuat dari batang kurma, sedangkan atapnya dibuat dari pelepah daun kurma. Adapun kamar-kamar istri beliau dibuat di samping masjid. Tatkala pembangunan selesai, Rasulullah memasuki pernikahan dengan Aisyah pada bulan Syawal.

Sejak saat itulah, Yatsrib dikenal dengan Madinatur dengan Rasul atau Madinah Al-Munawwarah. Kaum muslimin melakukan berbagai aktivitas di dalam masjid ini, baik beribadah, belajar, memutuskan perkara mereka, berjual beli maupun perayaan-perayaan. Tempat ini menjadi faktor yang mempersatukan mereka.

2. Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar

Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin. Mereka kemudian membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan juga harta mereka. Persaudaraan ini terjadi lebih kuat daripada hanya persaudaraan yang berdasarkan keturunan. Dengan persaudaraan ini, Rasulullah telah menciptakan sebuah kesatuan yang berdasarkan agama sebagai pengganti dari persamaan yang berdasarkan kabilah.

3. Kesepakatan saling membantu antara kaum muslim dan non-muslim

Di Madinah, ada tiga golongan manusia, yaitu kaum muslimin, orang-orang Arab, serta kaum non-muslim, dan orang-orang Yahudi (Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Bani Qainuqa'). Rasulullah melakukan satu kesepakatan dengan mereka untuk terjaminnya sebuah keamanan dan kedamaian. Juga untuk melahirkan sebuah suasana saling membantu dan toleransi di antara golongan tersebut.

4. Peletakan asas-asas politik, ekonomi, dan sosial

Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika di dalam negara diletakkan dasar-dasar Islam, maka turunlah ayat-ayat Al-Quran pada periode ini untuk membangun legalitas dari sisi-sisi tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah dengan perkataan dan tindakannya.

Hiduplah kota Madinah dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai utama. Terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solidaritas yang erat di antara anggota masyarakatnya. Dengan demikian berarti bahwa inilah masyarakat Islam pertama yang dibangun Rasulullah dengan asas-asasnya yang abadi.

Secara sistematik, proses yang dilakukan oleh oleh Nabi pada masyarakat Islam di Yatsrib adalah sebagai berikut :
1. Nabi Muhammad SAW mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah (Madinat Ar-Rasul, Madinah An-Nabi, atau Madinah Al-Munawwarah). Perubahan nama yang bukan terjadi secara kebetulan, tetapi perubahan nama yang menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad SAW, yaitu membentuk sebuah masyarakat yang tertib dan maju dan berperadaban.

2. Membangun masjid. Masjid bukan hanya dijadikan pusat kegiatan ritual shalat saja, namun juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Di samping itu, masjid juga menjadi pusat kegiatan pemerintahan.

3. Nabi Muhammad SAW membentuk kegiatan mu'akhat (persaudaraan), yaitu mempersaudarakan kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Yatsrib) dengan Anshar (orang-orang yang menerima dan membantu kepindahan Muhajirin di Yatsrib).

Persaudaraan diharapkan mengikat kaum muslimin dalam satu persaudaraan dan kekluargaan. Nabi Muhammad membentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan seagama, di samping bentuk persaudaraan yang sudah ada sebelumnya, yaitu persaudaraan berdasarkan darah,

4. Membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam.
5. Membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguan-gangguan yang dilakukan oleh musuh.

Mengomentari tentang perubahan nama Yatsrib menjadi Madinah, dalam pandangan Nurholish Madjid, bahwa agenda-agenda politik kerasulan telah diletakkan dan beliau bertindak sebagai utusan Allah, kepala negara, komando tentara, dan pemimpin kemasyarakatan.

Semua yang dilakukan oleh nabi di kota hijrah itu merupakan refleksi dari ide yang terkandung dalam perkataan Arab madinah, yang secara etimologis berarti tempat peradaban, yaitu padanan perkataan Yunani polis (seperti dalam nama Constantinopel).

Dan Madinah dalam arti itu sama dengan hadarah dan tsaqarah, yang masing-masing sering diterjemahkan berturut-turu, peradaban dan kebudayaan, tetapi secara etimologis mempunyai arti pola kehidupan menetap sebagai lawan badawah yang berarti pola kehidupan mengembara, nomad.

Oleh karena itu, perkataan madinah dalam peristilahan modern menunjuk pada semangat dan pengertian civil society suatu istilah Inggris yang berarti "masyarakat sopan, beradab, dan teratur" dalam bentuk negara yang baik.

Dalam arti inilah harus dipahami kata-kata hikmah dalam bahasa Arab, (al-insanu madniy-un bi ath'-i) "manusia menurut naturnya adalah bermasyarakat budaya" merupakan padanan adagium terkenal Yunani bahwa manusia adalah zoon politicon.

Munawir Syadzali menguraikan bahwa dasar-dasar kenegaraan yang terdapat dalam Piagam Madinah adalah sebagai berikut :
1. Umat Islam merupakan satu komunitas (umat) meskipun berasal dari suku yang beragam.
2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara anggota komunitas Isalam dengan komunitas-komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip, yaitu :
  • bertetangga baik
  • saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
  • membela mereka yang dianiaya
  • saling menasihati
  • menghormati kebebasan beragama
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai Sekilas peradaban zaman Nabi Muhammad SAW, semoga menambah wawasan dalam sejarah perkembangan Islam di dunia.
Read more ...

2 macam visi dan misi para nabi dan rasul

Secara historis, perjalanan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa misi risalah langit terbagi dalam 3 periode, yaitu pertama : periode pra-kerasulan, kedua : periode kerasulan, dan ketiga pasca-kerasulan. Tahap kedua sejarah kenabian ini diawali dengan dua kondisi demografis-sosiologis Arab, yakni kondisi pada masa Makiyyah dan masa Madaniyyah.

Kehadiran Nabi Muhammad SAW identik dengan latar belakang kondisi masyarakat Arab, khususnya orang-orang Mekah. Para sejarawan, baik Islam maupun non-Islam tidak berbeda dalam melukiskan keberadaan mereka.

Kehidupan masyarakat Arab secara sosiopolitis mencerminkan kehidupan derajat yang rendah. Perbudakan, mabuk, perzin*an, eksploitasi ekonomi dan perang antarsuku menjadi karakter perilaku mereka. Situasi chaos semacam ini berlangsung sejak para pendahulu mereka mendiami negeri tersebut.

Dari aspek kepercayaan atau agama, orang-orang Arab Mekah dahulunya adalah para penyembah berhala. Tidak kurang dari tiga ratus berhala yang mereka anggap sebagai Tuhan atau pelindung manusia.

Berangkat dari kondisi inilah dalam sejarah dicatat bahwa Muhammad sering melakukan kontemplasi ('uzlah), untuk mendapatkan suatu jawaban apa dan bagaimana seharusnya membangun kehidupan masyarakat Arab.

Awal sejarah penyebaran dan perjuangan Nabi Muhammad

Setelah melalui proses kontemplasi yang cukup lama, tepatnya di Gua Hira, akhirnya Muhammad mendapat suatu petunjuk dari Allah melalui Malaikat Jibril untuk mengubah masyarakat Arab Mekah. Dari sinilah awal sejarah penyebaran dan perjuangan Nabi Muhammad dalam menegakkan ajaran Islam dimulai.

Para nabi dan rasul yang diutus oleh Allah dilihat dari pendekatan visi dan misi dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu : Nabi yang hanya membawa doktrin teologis semata, dan Nabi yang membawa doktrin teologis sekaligus membawa doktrin politis.

Doktrin teologis adalah doktrin yang menekankan substansi moral dalam mempersatukan ideal moral manusia dengan ideal moral Tuhan tanpa melakukan perubahan sosial politik sebagai bagian dari proses ideal moral tersebut. Sedangkan doktrin teologis politis adalah doktrin yang mengedepankan ajakan moral sekaligus berusaha melakukan perubahan sistem untuk menata intitusi-intitusi sosial dan politik.

Para nabi yang tergolong pembawa doktrin teologis politis ini diantaranya adalah nabi-nabi yang bergelar Ulul 'zmi. Nabi Muhammad SAW termasuk bagian dari ini, karena selain ia mengajarkan nilai-nilai Islam yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat aksentis (keakhiratan), juga berusaha beserta umatnya menata kekuatan untuk mengambil alih peran kepemimpinan dan pemerintahan orang-orang Quraisy. Peran ini sangat dominan, terutama pada saat nabi berada di Madinah.
Read more ...

Sunday, April 26, 2015

Sekilas tentang Muhammad kecil dan pernikahannya

Secara esensial, kehadiran Nabi Muhammad pada masyarakat Arab adalah terjadinya kristalisasi pengelaman baru dalam dimensi ketuhanan yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk hukum-hukum yang digunakan pada masa itu. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam memenangkan kepercayaan bangsa Arab pada waktu yang relatif singkat kemampuannya dalam memodifikasi jalan hidup orang-orang Arab.

Sebagian dari nilai dan budaya Arab pra-Islam, untuk beberapa hal diubah dan diteruskan oleh masyarakat Muhammad ke dalam tatanan moral Islam. Secara geneologis, ia merupakan keturunan suku Quraisy, suku yang terkuat dan berpengaruh di Arab. Secara silsilah, hilip K. Hitti menguraikannya sebagai berikut :

Sekilas tentang Muhammad kecil dan pernikahannya

Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada tahun Gajah, tahun ketika pasukan gajah Abrahah menyerang Mekah untuk menghancurkan Kabah, namun pasukan Abrahah mengalami kehancuran. Menurut sejarahnya, peristiwa tersebut terjadi kira-kira pada tahun 570 Masehi (12 Rabiul Awal).

Merupakan suatu kebiasaan di antara orang-orang kaya dan kaum bangsawan Arab bahwa ibu-ibu tidak mengasuh anak-anak mereka, tetapi mereka mengirimkan anak-anak itu ke pedesaan untuk di asuh dan dibesarkan di sana. Begitu pula Muhammad, setelah diasuh beberapa lama oleh ibunya, dia dipercayakan kepada Halimah dari suku Banu Sa'ad untuk diasuh dan dibesarkan. Dia tetap berada di dalam asuhan Halimah hingga berusia 6 tahun, ketika dikembalikan kepada ibunya, Aminah.

Pada waktu itu, ibunya bermaksud menziarahi makam suaminya di Madinah, tempat suaminya dimakamkan. Namun, di tengah perjalanan, yaitu di Abwa, Madinah, Aminah menderita sakit dan menghembuskan nafasnya yang terakhir di sana. Dengan demikian pada usia 6 tahun Muhammad sudah kehilangan kedua orang tuanya.

Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, sang paman sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Mekah secara keseluruhan, tetapi dia miskin.

Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekah. Melalui kegiatan penggembalaan itu, dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu di balik semuanya.

Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga ia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya. Oleh karena itu, sejak muda ia sudah dijuluki al-amin, orang yang terpercaya.

Tanda-tanda kenabian Muhammad

Selanjutnya, Muhammad melakukan perjalanan (usaha) untuk pertama kali dalam khalifah dagang ke Siria (Syam) dalam usia baru 12 tahun. Khalifah itu dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan itu di Bushra, sebelah selatan Siria ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama Buhairah.

Pendeta itu melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad kecil sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasehati Abu Thalib agar tidak terlalu jauh memasuki daerah Siria, sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda tersebut akan berbuat jahat kepadanya. Perkiraan pendeta tersebut akhirnya dibuktikan dengan sejarah kenabian Muhammad sampai sekarang.

Ketika Nabi Muhammad berusia 25 tahun, ia berangkat ke Siria membawa barang dagangan seorang saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, bernama Khadijah. Dalam perdagangan ini Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan.

Ketika itu, Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam dan banyak membantu Nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam.

Perkawinan bahagia dan saling mencintai itu dikaruniai enem orang anak, dua putra dan empat putri, yaitu : Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum, dan Fatimah. Kedua putranya meninggal waktu kecil. Nabi Muhammad tidak menikah lagi sampai Khadijah meninggal dunia ketika Muhammad berusia 50 tahun.
Read more ...

Hukum adat bangsa Arab zaman pra-Islam

Orang-orang Arab adalah orang yang bangga, tetapi sensitif. Kebanggaan itu disebabkan bahwa bangsa Arab memiliki sastra yang terkenal, kejayaan sejarah Arab, dan mahkota bumi pada masa klasik dan bahasa Arab sebagai bahasa ibu yang terbaik di antara bahasa-bahasa lain di dunia. Beberapa sifat lain bangsa Arab pra-Islam adalah sebagai berikut :
  1. secara fisik, mereka lebih sempurna dibanding orang-orang Eropa dalam berbagai organ tubuh.
  2. kurang bagus dalam pengorganisasian kekuatan dan lemah dalam penyatuan aksi.
  3. faktor keturunan, kearifan, dan keberanian lebih kuat dan berpengaruh.
  4. memiliki struktur kesukuan yang diatur oleh kepala suku atau clan.
  5. tidak memiliki hukum yang reguler, kekuatan pribadi, dan pendapat suku lebih kuat dan diperhatikan.
  6. posisi wanita tidak lebih baik dari binatang, wanita dianggap barang-barang dan hewan ternak yang tidak mempunyai hak. Setelah menikah, suami sebagai raja dan penguasa.

Hukum adat

Dalam bidang hukum, Mushthafa Sa'id Al-Khinn sebagaimana dikutip Jaih Mubarok menyebutkan bahwa bangsa Arab pra-Islam menjadikan adat sebagai hukum dengan berbagai bentuknya. Dalam perkawinan mereka mengenal beberapa macam perkawinan, antara lain sebagai berikut :

1. Istibdha

Yaitu seorang suami meminta kepada istrinya untuk berjimak dengan pria yang dipandang mulia atau memiliki kelebihan tertentu, seperti keberanian dan kecerdasan. Selama istri berjimak dengan laki-laki tersebut, suami menahan diri dengan tidak berjimak dengan istrinya sebelum terbukti bahwa istrinya hamil.

Tujuan perkawinan samacam ini adalah agar istri melahirkan anak yang memiliki sifat yang dimiliki oleh laki-laki yang menjimakinya yang tidak dimiliki oleh sifat suaminya. Salah satu contohnya adalah seorang suami merelakan istrinya berjimak dengan raja hingga terbukti hamil agar memperoleh anak yang berasal dari bangsawan.

2. Poliandri

Yaitu beberapa laki-laki berjimak dengan seorang wanita. Setelah perempuan itu hamil dan melahirkan anak, perempuan tersebut memanggil semua laki-laki yang pernah menjimaknya untuk berkumpul di rumahnya. Setelah semuanya hadir, perempuan tersebut memberitahukan bahwa ia telah dikaruniai anak hasil hubungan dengan mereka, kemudian sang perempuan menunjuk salah satu dari semua laki-laki tersebut untuk menjadi bapak dari anak yang dilahirkannya. Sedangkan laki-laki yang ditunjuk tidak boleh menolak.

3. Maqtha

Yaitu seorang laki-laki menikahi ibu tirinya setelah bapaknya meninggal dunia. Jika seorang anak ingin mengawini ibu tirinya dia melemparkan kain kepada ibu tirinya sebagai tanda bahwa ia menginginkannya. Sementara ibu tirinya tidak memiliki kewenangan untuk menolak. Jika anak laki-laki tersebut masih kecil, ibu tiri diharuskan menunggu sampai anak tersebut dewasa. Setelah dewasa, anak tersebut berhak memilih untuk menjadikannya sebagai istri atau melepaskannya.

4. Badal

Yaitu tukar-menukar istri tanpa bercerai terlebih dahulu dengan tujuan untuk memuaskan jimak dan terhindar dari bosan.

5. Shighar

Yaitu seorang wali menikahkan anak atau saudara atau saudara perempuannya kepada seorang laki-laki tanpa mahar (Mushthafa Sa'id Al-Khinn, 1984: 18-9).

Selain beberapa tipe perkawinan di atas, Fyzee yang mengutip pendapat Abdur Rahim dalam buku Kasf Al-Ghamma menjelaskan beberapa perkawinan lain yang terjadi pada bangsa Arab sebelum datangnya Islam, sebagai berikut :
1. Bentuk perkawinan yang diberi sanksi oleh Islam, yakni seseorang meminta kepada orang lain untuk menikahi saudara perempuan atau budak dengan bayaran tertentu (mirip kawin kontrak).

2. Pr*stitusi
Biasanya dilakukan kepada para pendatang atau tamu di tenda-tenda dengan cara mengibarkan bendera sebagai tanda memanggil. Jika wanitanya hamil, ia akan memilih antara laki-laki yang mengenc*ninya sebagai bapak dari anak yang dikandungnya.

3. Mut'ah
Adalah praktik yang umum dilakukan oleh bangsa Arab sebelum Islam meskipun pada awalnya, Nabi Muhammad SAW membiarkannya, tetapi selanjutnya melarangnya. Hanya kelompok syiah itsna 'ashari yang mengizinkan perkawinan tersebut.

Anderson menambahkan pula bahwa di Arab pada zaman pra-Islam tampaknya telah ada berbagai macam corak perkawinan, boleh jadi mulai dari perkawinan patrilineal dan patrilokal sampai pada perkawinan matrilineal dan matrilokal, termasuk juga apa yang dikenal sebagai perkawinan sementara waktu untuk bersenang-senang (mut'ah).

Dalam kasus yang lain, sebagaimana orang Badui di Arab sekarang, terorganisasikan berdasarkan kesukuan dan bersifat patriakhal. Di luar suku, tidak ada jaminan keamanan, selain hukum pertumpahan darah yang tidak tertulis. Berdasarkan hukum ini, seseorang harus dibela oleh sanak keluarganya dari pihak laki-laki, bila dia dibunuh oleh salah seorang anggota suku lain, sedangkan sanak keluarga dari pihak laki-laki si pembunuh, jika mereka tidak menghendaki pertumpahan darah lebih lanjut, harus menyediakan tebusan darah berupa sejumlah uang imbalan untuk diberikan kepada ahli waris si korban.

Oleh karena itu, wajarlah bila keturunan terdekat dari pihak laki-laki secara hukum berhak mewarisi harta milik seseorang pada saat dia meninggal, sedangkan para wanita, sanak keluarga jauh dan anak-anak yang belum dewasa tidak memiliki hak seperti itu. Namun demikian, tampaknya pembuatan perjanjian wasiat pun biasa dilakukan setidak-tidaknya di Mekah.

Uraian singkat di atas menunjukkan bahwa kondisi sosial Arab meskipun cenderung primitif, memiliki nilai peradaban yang tinggi. Bahkan meminjam istilah Goldziher, meskipun bangsa Arab cenderung barbarisme, bukan jahiliyah (bodoh, dungu, dan awam).
Read more ...

Saturday, April 25, 2015

Agama bangsa Arab menjelang kebangkitan Islam

Peradaban Arab adalah akibat pengaruh dari budaya bangsa-bangsa di sekitarnya yang lebih dahulu maju daripada kebudayaan dan peradaban Arab. Pengaruh tersebut masuk ke Jazirah Arab melalui beberapa jalur yang terpenting, antara lain sebagai berikut :
1. Melalui hubungan dagang dengan bangsa lain.
2. Melalui kerajaan-kerajaan protektorat, Hirah, dan Ghassan, dan
3. Masuknya misi Yahudi dan Kristen.

Melalui jalur perdagangan, bangsa Arab berhubungan dengan bangsa-bangsa Siria, Persia, Habsy, Mesir (Qibthi), dan Romawi yang semuanya telah mendapat pengaruh dari kebudayaan Hellenisme. Melalui kerajaan-kerajaan protektorat, banyak berdiri koloni-koloni tawanan perang Romawi dan Persia di Ghassan dan Hirah.

Agama bangsa Arab menjelang kebangkitan Islam
Penganut agama Yahudi juga banyak mendirikan koloni di Jazirah Arab, yang terpenting di antaranya adalah Yatsrib. Penduduk koloni ini terdiri atas orang-orang Yahudi dan orang-orang Arab yang menganut agama Yahudi.

Mayoritas penganut agama Yahudi tersebut pandai bercocok tanam dan memberikan alat-alat dari besi, seperti perhiasan dan persenjataan. Sama dengan penganut agama Yahudi, orang-orang Kristen juga mendapat pengaruh dari kebudayaan Hellenisme dan pemikiran Yunani.

Aliran Kristen yang masuk ke Jazirah Arab adalah aliran Nestorian di Hirah dan aliran Jacob-Barady di Ghassan. Daerah Kristen terpenting adalah Najran, sebuah daerah yang subur. Penganut agama Kristen tersebut berhubungan dengan Habasyah (Etiopia), negara yang melindungi agama ini. Penganut aliran Nestorianlah yang bertindak sebagai penghubung antara kebudayaan Yunani dan kebudayaan Arab pada masa awal kebangkitan Islam.

Dewa berhala bangsa Arab

Meskipun agama Yahudi dan Kristen sudah masuk ke Jazirah Arab, bangsa Arab kebanyakan menganut agama asli mereka, yaitu percaya pada banyak para dewa yang diwujudkan dalam bentuk berhala dan patung. Setiap kabilah mempunyai berhala sendiri. Berhala-berhala tersebut dipusatkan di Kabah, tetapi di tempat-tempat lain juga banyak terdapat berhala.

Berhala yang terpenting adalah sebagai berikut :
1. Hubal, yang dianggap sebagai dewa terbesar yang terletak di Kabah.
2. Latta, dewa tertua yang terletak di Thaif.
3. Uzza, bertempat di Hijaz, kedudukannya berada di bawah Hubal dan Manat yang bertempat di Yatsrib.

Berhala-berhala tersebut mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib baik dan buruk. Demikianlah, keadaan bangsa Arab menjelang kebangkitan Islam.
Read more ...

Friday, April 24, 2015

Awal mula suku Qurasy menguasai Mekah dan menjadi juru kunci Kabah

Awal mula suku Qurasy menguasai Mekah dan menjadi juru kunci Kabah. Jika dilihat dari bahasa dan hubungan dagang bangsa Arab, Leboun berkesimpulan tidak mungkin bangsa Arab tidak pernah memiliki peradaban yang tinggi, apalagi hubungan dagang tersebut berlangsung selama 2000 tahun. Ia yakin, bangsa Arab ikut memberi saham dalam peradaban dunia, sebelum mereka bangkit kembali pada masa Islam.

Golongan Qahthaniyun, misalnya pernah mendirikan Kerajaan Saba' dan Kerajaan Himyar di Yaman, bagian selatan Jazirah Arab. Kerajaan Saba' inilah yang membangun bendungan Ma'arib, sebuah bendungan raksasa yang menjadi sumber air untuk seluruh wilayah kerajaan.

Pada masa kejayaannya, kemajuan Kerajaan Saba' dibidang kebudayaan dan peradaban dapat dibandingkan dengan kota-kota lain di dunia pada masa itu. Bekas-bekas kerajaan ini sekarang masih terbenam dalam timbunan tanah.

Pada masa pemerintahan Saba' bangsa Arab menjadi penghubung perdagangan antara Eropa dan dunia Timur Jauh. Setelah kerajaan mengalami kemunduran, muncul Kerajaan Himyar menggantikannya. Kerajaan baru ini terkenal dengan kekuatan armada niaga yang menjelajah mengarungi India, Cina, Somalia, dan Sumaterake pelabuhan-pelabuhan Yaman. Perniagaan ketika itu dapat dikatakan dimonopoli Himyar.

Setelah bendungan Ma'arib runtuh, masa gemilang Kerajaan Himyar sedikit demi sedikit memudar. Banyak bangunan roboh dibawa air, dan sebagian besar penduduk mengungsi ke bagian utara Jazirah. Meskipun demikian, karena daerahnya berada pada jalur perdagangan yang strategis dan tanahnya subur, daerah ini tetap menjadi incaran kerajaan besar Romawi dan Persia yang selalu bersaing untuk menguasainya.

Di sebelah utara Jazirah juga pernah berdiri kerajaan-kerajaan, tetapi kerajaan-kerajaan tersebut lebih merupakan kerajaan protektorat. Ini terjadi karena khalifah-khalifah Romawi dan Persia selalu mendapat gangguan dari suku-suku Arab yang memeras dan merampoknya.

Untuk melindungi para khalifah itu, atas inisiatif kerajaan besar tersebut didirikanlah Kerajaan Hirah di bawah perlindungan Persia dan Kerajaan Ghassan di bawah perlindungan Romawi. Kedua kerajaan ini berkembang dalam waktu yang hampir bersamaan, yaitu kira-kira abad ketiga sampai abad kedatangan Islam. Raja-raja yang berkuasa umumnya berasal dari keturunan Arab Yaman.

Bagian lain dari daerah Arab yang sama sekali tidak pernah dijajah oleh bangsa lain baik karena sulit dijangkau, tandus, dan miskin adalah Hijaz. Kota terpenting di daerah ini adalah Mekah, kota suci tempat Kabah berdiri. Kabah pada masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut-penganut agama asli Mekah, tetapi juga oleh orang-orang Yahudi yang bermukim di sekitarnya.

Untuk mengamankan para peziarah yang datang ke kota itu, didirikanlah suatu pemerintahan yang pada mulanya berada di tangan dua suku yang berkuasa, yaitu Jurhum sebagai pemegang kekuasaan politik dan Ismail (keturunan Nabi Ibrahim), sebagai pemegang kekuasaan atas Kabah.

Kekuasaan politik kemudian berpindah ke suku Khuza'ah dan akhirnya ke suku Quraisy di bawah pimpinan Qushai. Suku terakhir inilah yang kemudian mengatur urusan-urusan politik dan urusan-urusan yang berhubungan dengan Kabah. Semenjak itu, suku Quraisy menjadi suku yang mendominasi masyarakat Arab.

Awal mula suku Qurasy menguasai Mekah dan menjadi juru kunci Kabah

10 jabatan dalam suku Quraisy

Ada sepuluh jabatan tinggi yang dibagi-bagikan kepada kabilah-kabilah suku Quraisy, yaitu sebagai berikut :
  1. Hijabah (penjaga kunci-kunci Kabah)
  2. Siqayah (pengawas mata air zam-zam untuk dipergunakan oleh para peziarah)
  3. Diyat (kekuasaan hakim sipil dan kriminal)
  4. Sifarah (kuasa usaha negara atau duta)
  5. Liwa (jabatan ketentaraan)
  6. Rifadah (pengurus pajak untuk orang miskin)
  7. Nadwah (jabatan ketua dewan)
  8. Khaimmah (pengurus balai musyawarah)
  9. Khazinah (jabatan administrasi keuangan)
  10. Azlam (penjaga panah peramal untuk mengetahui pendapat dewa-dewa)
Pada saat itu, sudah menjadi kebiasaan bahwa anggota yang tertua mempunyai pengaruh paling besar dan memakai gelar rais.

Setelah Kerajaan Himyar jatuh, jalur-jalur perdagangan didominasi oleh Kerajaan Romawi dan Persia. Pusat perdagangan bangsa Arab serentak kemudian beralih ke daerah Hijaz. Mekah pun menjadi masyhur dan disegani. Begitu pula suku Quraisy.

Kondisi ini membawa dampak positif bagi mereka, yaitu perdagangan menjadi maju. Akan tetapi, kemajuan Mekah tidaklah sebanding dengan kemajuan yang pernah dicapai kerajaan-kerajaan Arab sebelumnya. Meskipun demikian, dengan Mekah menjadi pusat peradaban, bangsa Arab bagaikan memulai babak baru dalam hal kebudayaan dan peradaban.
Read more ...

Thursday, April 23, 2015

Penduduk Badui Arab pra Islam mayoritas penyair

Akibat peperangan yang terus-menerus, kebudayaan bangsa Arab tidak berkembang. Oleh karena itu, bahan-bahan sejarah Arab pra-Islam sangat langka didapatkan di dunia Arab sendiri. Ahmad Syalabi menyebutkan bahwa sejarah mereka hanya dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun menjelang lahirnya agama Islam.

Pengetahuan tersebut diperoleh melalui syair-syair yang beredar di kalangan para perawi syair. Dengan begitulah sejarah dan sifat masyarakat Badui Arab dapat diketahui, antara lain bersemangat tinggi dalam mencari nafkah, sabar menghadapi kekerasan alam, dan juga dikenal sebagai masyarakat yang cinta kebebasan.

Penduduk Badui Arab pra Islam mayoritas penyairDengan kondisi alami yang seperti tidak pernah berubah itu, masyarakat Badui Arab pada dasarnya tetap berada dalam fitrahnya. Kemurnian terjaga, jauh lebih murni daripada bangsa-bangsa lain. Dasar-dasar kehidupan mereka mungkin dapat disejajarkan dengan bangsa-bangsa yang masih berada dalam taraf permulaan perkembangan budaya.

Bedanya dengan bangsa lain, hampir seluruh penduduk Badui adalah penyair. Lain halnya dengan penduduk negeri yang telah berbudaya dan mendiami pesisir Jazirah Arab, sejarah mereka dapat diketahui lebih jelas. Mereka selalu mengalami perubahan sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi yang mengitarinya.

Mereka mampu membuat alat-alat dari besi, bahkan mendirikan kerajaan-kerajaan. Sampai kehadiran Nabi Muhammad SAW, kota-kota mereka masih merupakan kota-kota perniagaan dan memang Jazirah Arab ketika itu merupakan daerah yang terletak pada jalur perdagangan yang menghubungkan antara Syam dan Samudera India.

Sebagaimana masyarakat Badui, penduduk negeri ini juga mahir menggubah syair. Biasanya, syair-syair tersebut dibacakan di pasar-pasar, mungkin semacam pergelaran pembacaan syair, seperti di pasar Ukaz. Bahasa mereka kaya dengan ungkapan, tata bahasa dan kiasan.
Read more ...

3 sahara dan 2 golongan penduduk Jazirah Arab

Dalam tulisan Ali Mufrodi menyatakan bahwa dalam membicarakan wilayah geografis yang didiami bangsa arab sebelum Islam, orang membatasi pembicaraan hanya pada Jazirah Arab, padahal bangsa Arab juga mendiami daerah-daerah sekitar Jazirah. Jazirah Arab memang merupakan kediaman kediaman mayoritas bangsa Arab kala itu. Jazirah tersebut terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian tengah dan bagian pesisir.

Di sana tidak ada sungai yang mengalir tetap, yang ada hanya lembah-lembah berair di musim hujan. Sebagian besar daerah Jazirah adalah padang pasir Sahara yang terletak di tengah dan memiliki keadaan dan sifat yang berbeda-beda. Oleh karenanya daerah tersebut bisa dibagi menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Sahara Langit
Memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180 mil dari timur ke barat. Disebut juga Sahara Nufud. Oase dan mata air sangat jarang, tiupan angin seringkali menimbulkan kabut debu yang mengakibatkan daerah ini sukar ditempuh.

2. Sahara Selatan
Membentang menyambung Sahara Langit ke arah timur sampai Persia. Hampir seluruhnya merupakan dataran keras, tandus, dan pasir bergelombang. Daerah ini juga disebut dengan Ar-Rub' Al-Khali yang artinya bagian yang sepi.

3. Sahara Harrat
Suatu daerah yang terdiri atas tanah Hat yang berbatu hitam bagaikan terbakar. Gugusan batu-batu hitam itu menyebar di keluasan Sahara ini, seluruhnya mencapai 29 buah.

Penduduk Sahara minoritas terdiri atas suku-suku Badui yang mempunyai gaya hidup pedesaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna mencari air dan padang rumput untuk binatang gembalaan mereka, yaitu kambing dan unta.

Adapun daerah pesisir, bila dibandingkan dengan Sahara sangat kecil, bagaikan selembar pita yang mengelilingi Jazirah. Penduduk sudah hidup menetap dengan mata pencaharian bertani dan berniaga. Oleh karena itu, mereka sempat membina berbagai macam budaya, bahkan kerajaan.

3 sahara dan 2 golongan penduduk Jazirah Arab

2 golongan penduduk Jazirah Arab

Bila dilihat dari asal-usul keturunannya, penduduk Jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu Qahthaniyun (keturunan Qahthan) dan Adnaniyun (keturunan Ismail ibn Ibrahim). Pada mulanya, wilayah utara diduduki golongan Adnaniyun dan wilayah selatan didiami golongan Qahthaniyun. Akan tetapi, lama-kelamaan kedua golongan itu membaur karena perpindahan-perpindahan dari utara ke selatan atau sebaliknya.

Lebih lanjut, Ahmad Hashari menjelaskan bahwa penduduk Arab Kuno adalah penduduk fakir miskin yang hidup di pinggiran desa terpencil, mereka senang berperang, membunuh, dan kehidupannya bergantung pada bercocok tanam dan turunnya hujan, mereka berpegang pada aturan qabilah atau suku dalam kehidupan sosial. Sementara penduduk Arab Kota (madani) adalah orang-orang yang melakukan perdagangan dan sibuk dengan bepergian, dan mereka juga berpegang teguh pada aturan qabilah atau suku.

Masyarakat baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan Badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa kelompok kabilah membentuk suku (trile) dan dipimpin oleh seorang syekh.

Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka suka berperang. Oleh karena itu, peperangan antarsuku sering terjadi. Sikap ini tampaknya telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri orang Arab.

Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah. Situasi seperti ini terus berlangsung sampai datangnya agama Islam. Dunia Arab ketika itu merupakan kancah peperangan terus-menerus.

Pada sisi lain, meskipun masyarakat Badui mempunyai pemimpin, mereka hanya tunduk kepada syekh atau amir (ketua kabilah) itu dalam hal berkaitan dengan peperangan, pembagian harta rampasan, dan pertempuran tertentu. Di luar itu syakh atau amir tidak kuasa mengatur anggota kabilahnya.
Read more ...

Tuesday, April 21, 2015

Asal usul bangsa Arab zaman pra Islam

Asal usul bangsa Arab zaman pra Islam. Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras atau rumpun bangsa Caucaosid, dalam subras Mediterranean yang anggotanya meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia, dan Irania.

Bangsa Arab hidup berpindah-pindah, nomad, karena tanahnya sendiri atas gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat lain mengikuti tumbuhnya stepa atau padang rumput yang tumbuh secara sporadis di tanah Arab di sekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan.

Padang rumput diperlukan oleh bangsa Arab yang disebut juga bangsa Badawi, Badawah, Badui, untuk menggembalakan ternak mereka yang berupa domba, unta, dan kuda sebagai binatang unggulannya.

Mereka mendiami wilayah Jazirah Arabia yang dahulu merupakan sambungan dari wilayah gurun yang membentang dari barat Sahara di Afrika hingga ke timur melintasi Asia, Iran Tengah, dan Gurun Gobi di Cina. Wilayah tersebut sangat kering dan panas karena uap air laut yang ada di sekitarnya (Laut Merah, Lautan Hindia, dan Laut Arab) tidak memenuhi kebutuhan untuk mendinginkan daratan luas yang berbatu.

Penduduk Arab tinggal di perkemahan dan hidup berburu untuk mencari nafkah, bukan bertani dan berdagang yang tidak diyakini sebagai kehormatan bagi mereka, memang negeri itu susah ditanami dan diolah. Sekalipun demikian, wilayah ini subur dalam menghasilkan bahan perminyakan.

Dalam analisis Philip K. Hitty, Semenanjung Arab dan orang-orang Arab sudah dikenal baik oleh orang Yunani dan Romawi. Sebab, negara tersebut berada di jalur perjalanan mereka menuju India dan Cina. Negara ini dikenal sebagai penghasil berbagai komoditas yang sangat bernilai di pasaran barat. Panduduknya adalah para pedagang perantara dilaut-laut selatan, seperti halnya kerabat mereka, orang-orang Phoenisia sebelumnya merupakan orang-orang Mediterania.

Pembagian negeri Arab

Para penulis klasik membagi negeri itu menjadi Arab Felix, Arab Petra, dan arab Gurun. Hal ini didasarkan atas pembagian wilayah itu ke dalam tiga kekuatan politik pada abad pertama Masehi, yaitu kawasan yang bebas, kawasan yang tunduk pada penguasa Romawi, dan kawasan yang secara nominal berada dalam kendali Persia.

Arab Gurun meliputi sebagai berikut gurun pasir Suriyah-Mesopotania (Badiyah). Wilayah Arab petra (gunung batu) berpusat di dataran Sinai dan Kerajaan Nabasia, dengan ibukotanya Petra. Wilayah Arab Felix mencakup bagian lainnya di Semenanjung Arab, yang kondisinya tidak banyak diketahui.

Pandangan yang membatasi wilayah tersebut hanya hingga Yaman, daerah yang paling dikenal oleh orang-orang Eropa, yang merupakan pandangan keliru yang muncul pada abad pertengahan. Kata Yaman sendiri berarti bahagia, mungkin merupakan usaha untuk mengalihkan arti kata Yaman dalam bahasa Arab (arah kanan) menjadi yumn yang berarti kebahagiaan.

Daerah tersebut disebut Yaman karena berada di sebelah kanan, sebelah selatan Hijaz, berseberangan dengan Syam atau Suriah, yang berada di sebelah kiri atau utara. Marcian (sekitar 400 M) dari Heraclea menggunakan istilah Saraceni. Sebelum Marcian, Ptolemius yang terkenal pada paruh pertama abad kedua, juga pernah menggunakan kata Saracen. Ammianus Marcellinus seorang penduduk asli Antiokia yang menulis karyanya pada paruh terakhir abad keempat Masehi menyamakan Saracen dengan orang-orang Arab Skenit.

Ungkapan orang-orang Arab pertama kali digunakan dalam literatur Yunani oleh Aeschylus (525 - 456 S.M.), yang merujuk pada para perwira tinggi Arab dalam barisan angkatan perang Xerxes. Herodotus (sekitar 484 - 425 S.M.) juga menggunakannya untuk merujuk pada orang-orang Arab dalam angkatan perang Xerxes, yang berasal dari Mesir Timur.

Ciri karakteristik bangsa Arab yang unik dan istimewa

Bagi para penulis klasik, mulai Eratosthenes dari Yunani (meninggal pada tahun 196 S.M.)-sumber Strabo- hingga Pliny dari Romawi (meninggal 79 M), Semenanjung Arab adalah sebuah negeri yang sangat makmur dan mewah. Arab merupakan tempat tumbuhnya tanaman penghasil wewangian dan rempah-rempah lainnya, penduduknya mencintai dan menikmati kebebasan.

Memang, ciri bangsa Arab yang paling memikat para penulis Barat adalah ciri yang terakhir (terutama minyak pen). Watak orang-orang Arab yang independen telah menjadi bahan pujian dan kekaguman para penulis Eropa sejak masa lalu hingga masa Gibbon.

Demikian sekilas asal-usul bangsa Arab zaman pra Islam yang memiliki ciri karakteristik yang unik dan istimewa.
Read more ...

Monday, April 20, 2015

Periode modern Islam tahun 1800 Masehi

Setelah umat Islam mengalami Fase kemunduran (1700 sampai 180 Masehi), pada periode modern ini merupakan Zaman Kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang berakhir pada tahun 1801 M. membuka mata dunia Islam, terutama Turki dan Mesir, akan kemunduran dan kelemahan umat Islam di samping kemajuan dan kekuatan barat.

Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berfikir dan mencari jalan untuk mengembalikan balance of power yang telah pincang dan membahayakan Islam. Kontak Islam dengan barat sekarang berlainan sekali dengan kontak Islam dengan barat Periode Klasik.

Pada waktu itu Islam sedang menaik dan barat sedang dalam kegelapan. Sekarang sebaliknya, Islam sedang dalam kegelapan dan barat sedang menaik. Kini Islam yang ingin belajar dari barat. Dengan demikian, timbullah apa yang disebut "pemikiran dan aliran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam".

Para pemuka Islam mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana cara membuat umatnya maju kembali sebagaimana yang terjadi pada Periode Klasik. Usaha-usaha ke arah itu pun mulai dijalankan dalam kalangan umat Islam. Akan tetapi dalam hal itu ternyata barat juga bertambah maju.

Ide-ide baru yang diperkenalkan Napoleon di Mesir adalah sebagai berikut :
1. Sistem negara republik yang kepala negaranya dipilih untuk jangka waktu tertentu.
2. Persamaan (egalite).
3. Kebangsaan (nation) (Harun Nasution, 1992; 31-2).

Raja dan para pemuka Islam mulai berfikir dan mencari jalan keluar untuk mengembalikan balance of power yang telah membahayakan umatnya. Timbullah gerakan pembaharuan yang dilakukan di berbagai negara, terutama Turki Utsmani dan Mesir.

Para pembaharu di Turki melahirkan berbagai aliran pembaharuan, antara lain sebagai berikut :
1. Utsmani Muda, dipelopori oleh Ziya Pasya (1825-1880 M) dan Namik Kemal (1840-18888)
2. Turki Muda yang dimotori oleh Ahmed Reza (1859-1931 M)
3. Mehmed Murad (1856-1912 M)
4. Sabahuddin (1877-1948 M)

Disamping itu ada juga aliran pembaharuan lain, yaitu aliran barat yang dimotori oleh Tewfik Fikret (1867-1851 M) dan Abdullah Jewdat (1869-1932 M), aliran Islam yang dimotori oleh Mehmed Akif (1870-1936 M), dan aliran-aliran nasionalis yang dimotori oleh Zia Gokalp (1875-1924 M).

Di Mesir, pembaharuan digagas dan dilakukan oleh para pembaharu, antara lain Rifa'ah Badawi Rafi' Ath-Thahthawi (1801-1873 M), yang menjadi redaktur surat kabar Al-Waqa'i Al-Mishriyyah, Jamaluddin Al-Afgani (1839-1897 M), Muhammad Abduh (1849-1905 M), dan Rasyid Ridha (1865-1935 M). Gagasan mereka juga dipelopori oleh ulama Indonesia yang sempat menuntut ilmu di Mesir.

Demikian sejarah Islam singkat yang pada kontak Islam dan barat pertama menampilkan keunggulan peradaban Islam atas barat. Sedangkan dalam kontak berikutnya menampilkan keunggulan peradaban barat atas Islam, dan peradaban Islam sekarang masih tertinggal dari barat.
Read more ...

Sunday, April 19, 2015

Fase kemunduran Islam 2 tahun 1700 sampai 180 Masehi

Fase kemunduran Islam 2 tahun 1700 sampai 180 Masehi. Sesudah Sulaiman Al-Qanuni, Kerajaan Utsmani tidak lagi mempunyai sultan-sultan kenamaan. Kerajaan ini mulai memasuki fase kemundurannya pada abad ke-17 Masehi. Di dalam negeri timbul berbagai pemberontakan, seperti Suria di bawah pimpinan Kurdi Jumbulat, di Lebanon di bawah pimpinan Druze Amir Fakhruddin.

Dengan negara-negara tetangga pun terjadi peperangan, seperti Venitia tahun 1645 - 1664 M Syah Abbas dari Persia, Jenissary, nama yang diberikan kepada tentara Utsmani juga berontak. Para sultan berada dibawah kekuasaan Harem. Pada saat yang sama, di eropa mulai timbul negara-negara yang kuat, sedang Rusia di bawah Peter Yang Agung telah pula berubah menjadi negara yang maju.

Dalam peperangan dengan negara-negara ini, Kerajaan Utsmani mengalami kekalahan, dan daerahnya di Eropa mulai diperkecil sedikit-demi sedikit. Munania memperoleh kemerdekaannya kembali pada tahun 1829 M, dan Rumania lepas pada tahun 1856. Yang lain pun mengikuti, sehingga akhirnya sesudah Perang Dunia I, daerah kerajaan Utsmani yang demikian luas kini hanya mencakup Asia Kecil dan sebagian kecil dari daratan Eropa Timur. Kerajaan Utsmani lenyap dan sebagai gantinya timbul Republik Turki pada tahun 1924 Masehi.

Di Persia, Kerajaan Syafawi mendapat serangan dari Raja Afghan yang berlainan dengan syah-syah Syafawi, menganut paham sunni. Mir Muhammad dapat menguasai Asfahan pada tahun 1722 M. Tetapi, dalam pada itu Nadir Syah seorang jenderal atas nama Syah Tahmasp II dapat merampas ibukota itu kembali pada tahun 1730 M.

Kemudian ia sendiri yang menjadi Syah di Persia. Akan tetapi, pada tahun 1750 M Karim Khan dari Dinasti Zand dapat merampas kekuasaan di seluruh Persia, kecuali daerah Khurasan. Kekuasaan Dinasti Zand ditentang oleh Dinasti Qajar dan akhirnya Agha Muhammad dapat mengalahkan Dinasti Zand pada tahun 17954 M. Semenjak itu, sampai pada tahun 1925 M, Persia diperintah oleh Dinasti Qajar.

Di India di bawah pemerintahan Aurangzeb yang mendapat gelar Alamghir, terjadi pemberontakan-pemberontakan dari pihak golongan Hindu yang merupakan mayoritas penduduk India. Pemberontakan Sikh dipimpin oleh Guru Tegh Bahadur kemudian oleh Guru Gobind Singh. Golongan Rajput berontak di bawah pimpinan Raja Udaipur. Kaum Mahratas dipimpin oleh Sivaji dan anaknya Sambaji.

Sesudah Aurangzeb meninggal dunia, serangan-serangan pemberontak bertambah kuat dan akhirnya daerah-daerah yang jauh dari Delhi melepaskan diri dari kekuasaan Mughal satu demi satu. Dalam hal itu, Inggris telah turut pula memainkan peranan dalam politik India dan menguasai India pada tahun 1857 M sampai tahun 1947 M. India menjadi jajahan Inggris.

Pada masa ini, kekuasaan militer dan politik umat Islam menurun. Perdagangan dan perekonomian umat Islam melemah, dengan hilangnya monopoli dagang antara timur dan barat dari tangan mereka jatuh. Ilmu pengetahuan di dunia Islam dalam keadaan stagnasi. Tarikat-tarikat diliputi suasana khurafat dan superstisi. Umat Islam dipengaruhi oleh sikap vatalistis. Dunia Islam dalam keadaan mundur dan statis.

Pada masa itu, Eropa dengan kekayaan-kekayaan yang diangkat dari Amerika dan laba yang timbul dari perdagangan langsung dengan Timur Jauh bertambah kaya dan maju. Penetrasi barat yang kakuatannya bertambah besar menguasai dunia Islam, makin lama makin bertambah mendalam.

Akhirnya pada tahun 1798 M, Napoleon menduduki Mesir, sebagai salah satu pusat Islam yang terpenting. Jatuhnya pusat Islam ini ke tangan bangsa Barat menginsyafkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di barat telah muncul peradaban yang lebih tinggi dari peradaban Islam dan merupakan ancaman bagi kehidupan Islam sendiri.

Itulah kilas sejarah Fase kemunduran Islam 2 tahun 1700 sampai 180 Masehi. Semoga menjadi catatan sejarah Islam dan menambah wawasan kita.
Read more ...

Thursday, April 2, 2015

Sejarah kemajuan Islam 2 zaman 3 kerajaan besar tahun 1500-1700 Masehi

Sejarah kemajuan Islam 2. Pada fase kemajuan Islam 2 ini, tiga kerajaan besar yang dimaksud adalah Kerajaan Utsmani di Turki, Kerajaan Syafawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Sultan Muhammad Al-Fatih (1451-1481 M) dari Kerajaan Utsmani mengalahkan Kerajaan Bizantium dengan menduduki Istambul pada tahun 1453 M. Dengan demikian, ekspansi ke arah barat berjalan lebih lancar.

Akan tetapi, pada zaman Sultan Salim (1512-1520 M), perhatian ke arah barat dialihkan ke arah timur. Persia mulai diserang dan dalam peperangan Syah Ismail dikalahkan dan dipukul mundur. Setelah menguasai Suria, Sultan Salim merebut Mesir dari tangan Dinasti Mamluk. Keiro jatuh pada tahun 1517 M.

Kemajuan-kemajuan lain dibuat oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M). Sultan Sulaiman adalah Sultan Utsmani terbesar pada masanya. Pada zamannya, Irak, Belgrade, Pulau Rhodes, Tunis, Budapest, dan Yaman dapat dikuasai. Winen ia kepung pada tahun 1529 M. Pada masa kerajaannya daerah kekuasaan Kerajaan Utsmani mencakup Asia Kecil, Armenia, irak, Suria, Hejaz, serta Yaman di Asia, Mesir, Libia, Tunis, serta Aljazair di Afrika, dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.

Sementara itu, di Persia muncul satu dinasti baru yang kemudian merupakan suatu kerajaan besar di dunia Islam. Dinasti ini berasal dari seorang sufi Syekh Ishak Safiuddin (1252-1334 M) dari Ardabil di Azarbaijan. Syekh Safiuddin beralirah Syi'ah dan mempunyai pengaruh besar di daerah itu.

Cucunya bernama Syekh Ismail Syafawi dapat mengalahkan dinasti-dinasti lain, terutama kedua suku bangsa Turki Kambing Putih dan Kambing Hitam, sehingga Dinasti Syafawi dapat menguasai seluruh daerah Persia. Di sebelah barat, Kerajaan Syafawi berbatasan dengan Kerajaan Utsmani dan di sebelah timur berbatasan dengan India yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mughal. Syekh Ismail berhasil menjadikan aliran Syi'ah sebagai madzab yang dianut negara.

Di antara sultan-sultan besar dari Kerajaan Syafawi, selain Syah Ismail (1500-1524 M), terdapat nama Syah Tahmasp (1524-1576 M), dan Syah Abbas (1557-1629 M). Sesudah Syah Abbas, raja-raja Syafawi tidak ada yang kuat lagi dan akhirnya dapat dijatuhkan oleh Nadir Syah (1736-1747 M), kepala dari salah satu suku bangsa Turki yang terdapat di Persia pada saat itu.

Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibukota, didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salah satu dari cucu Timur Lenk. Setelah menundukkan Kabul, ia melalui Khybar Pass, menyeberang ke India pada tahun 1805 M. Lahore jatuh ke bawah kekuasaannya pada tahun 1523 M, dan empat tahun kemudian India Tengah dapat dikuasainya.

Anaknya, Humayun (1530-1556 M) menggabungkan Malwa dan Gujarat ke daerah-daerah yang dikuasai Kerajaan Mughal. Dan anaknya, Akbar (1556-1606 M) menaklukkan raja-raja India yang masih ada pada waktu itu dan kemudian Bengal.

Dalam soal agama, Akbar mempunyai pendapat yang liberal dan ingin menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang diberi nama Din Ilahi.

Sultan-sultan besar sesudah Akbar antara lain : Jehangir (1605-1627 M) dengan permaisurinya Nur Jehan, Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1659-1707 M). Sesudah Aurangzeb terdapat sultan-sultan lemah yang tidak dapat mempertahankan kelanjutan Kerajaan Mughal India.

Masa kejayaan 3 kerajaan bidang literatur dan arsitek

Masing-masing dari ketiga kerajaan besar tersebut mempunyai masa kejayaan sendiri-sendiri, terutama dalam bentuk literatur dan arsitek. pada zaman inilah mulai muncul literatur dalam bahasa Turki. Pada masa-masa sebelumnya, pengarang-pengarang Turki menulis dalam bahasa Persia.

Pada zaman Sultan Salim I dan Sultan Sulaiman, dikenal dua pengarang bernama Fuzuli dan Baki, yang kemudian disusul pada abad ke-18 oleh Nedim dan Syekh Ghalib. Dalam bidang arsitek, sultan-sultan mendirikan istana-istana, masjid-masjid, benteng, dan sebagainya. Diantara masjid yang terkenal adalah masjid Aya Sofia, yang pada mulanya adalah gereja, tetapi diubah menjadi masjid, dan masjid Sulaimania di Istambul. Masjid dalam bentuk arsitek Ottoman didirikan juga di luar daerah Turki, seperti masjid Muhammad Ali di Kairo.

Di India, bahasa Urdu juga meningkat menjadi bahasa literatur dan menggantikan bahasa Persia, yang sebelumnya dipakai di di kalangan istana sultan-sultan Delhi. Menurut sejarahnya, penulis-penulis besar pertama dalam bahasa Urdu adalah Mazhar, Sauda, Dard, dan Mir. Kesemuanya berada pada abad ke-18 M.

Akan tetapi, sebaliknya perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali dan ilmu pengetahuan di seluruh dunia Islam memang merosot waktu itu. Gerakan tarikat terus berkembang dan mempunyai pengaruh besar dalam hidup umat Islam. Dengan timbulnya Turki dan India sebagai kerajaan besar, disamping bahasa Arab dan Persia, bahasa Turki dan bahasa Urdu mulai mulai pula muncul sebagai bahasa penting dalam Islam. Kedudukan bahasa Arab untuk menjadi bahasa persatuan semakin menurun.

Kemajuan Islam 2 ini lebih banyak merupakan kemajuan dalam lapangan politik dan jauh lebih kecil dari Kemajuan Islam I (selengkapnya silahkan baca di artikel : Sejarah ekspansi Islam pertama zaman Abu Bakar). Pada saat yang sama, Barat mulai bangkit, terutama dengan terbukanya jalan ke pusat rempah-rempah dan bahan mentah di Timur Jauh melalui Afrika Selatan dan dijumpainya Amerika oleh Columbus pada tahun 1492 M (selengkapnya silahkan baca di artikel sejarah Ekspedisi pertama yang membuktikan bumi itu bulat). Akan tetapi sebagaimana diterangkan Mc. Neill, dibandingkan kekuatan Eropa saat itu, kekuatan Islam masih lemah.
Read more ...