Biografi. Joseph Stiglitz dikenal sebagai sosok yang sangat tajam mengkritik kebijakan ekonomi Amerika Serikat dan IMF. Ia banyak memberikan komentar pedas atas kinerja dan kebijaksanaan ekonomi Amerika yang dianggap mematikan ekonomi negara berkembang.
Dalam kritiknya terhadap IMF, ia mengatakan bahwa IMF terlalu memaksakan pemberlakuan sistem pasar dan pemotongan pengeluaran negara tanpa mengindahkan gangguan stabilitas sosial-politik yang dapat terjadi akibat berbagai tindakan drastis, seperti likuiditas perusahaan yang berdampak pada PHK, penghapusan subsidi yang berakibat pada naiknya harga barang, dan pembatasan tingkat kenaikan gaji di bawah laju inflasi.
Kritikan terhadap IMF tertuang dalam tulisan Stiglitz yang berjudul "What I Learned at the World Economicn Crisis, The Insider", yang dimuat dalam The New York Times, edisi 17 April 2000. Meski bekerja untuk IMF, Stiglitz adalah ekonom yang banyak melakukan kritik terhadap IMF sendiri.
Stiglitz mengkritik IMF sebagai bank arogan dan tidak mendengarkan opini negara berkembang yang ingin ditolong. IMF dikatakan sebagai lembaga sekretif dan menjauhkan diri dari sistem yang demokratis. IMF memberikan resep yang justru makin menghancurkan negara, secara perlahan-lahan membuat negara tersebut mengalami resesi yang menuju pada depresi.
Selain itu, Stiglitz juga mengkritik IMF telah melakukan tindakan yang membuat negara-negara berkembang terpuruk dengan menetapkan berbagai syarat sebelum memberikan atau mencairkan dana pinjaman, di mana syarat tersebut dianggap sebagai bentuk intervensi asing terhadap kedaulatan dalam negeri negara berkembang.
Stiglitz berpandangan bahwa lembaga IMF dan pejabatnya telah mengabaikan implikasi dari informasi yang tidak lengkap, kemampuan pasar yang kurang, dan kelembagaan yang masih buruk di negara-negara yang sedang berkembang.
Ia berkali-kali membantah kebijakan IMF. Ia menganggap bahwa kebijakan tersebut selalu menyesuaikan dengan buku teks secara baku, namun tidak mampu mempertimbangkan kondisi dan karakteristik negara yang sesuai dengan kebijakan yang direkomendasikan.
Stiglitz juga beranggapan bahwa konsekuensi dari kebijakan yang salah arah ini bukan saja berpengaruh secara abstrak statistik, tetapi secara riil, manusianya langsung merasakan penderitaan akibat mengikuti arah kebijakan yang direkomendasikan IMF.
Kebijakan yang diambil IMF bukanlah berdasarkan dari analisis dan bobservasi ekonomi, melainkan lebih khusus kepada masalah ideologi. IMF tidak mempedulikan kondisi riril yang ada di negara berkembang, sehingga rekomendasi mengabaikan apa yang dibutuhkan oleh negara-negara tersebut.
MEnurut Stiglitz, IMF harus bertanggung jawab dalam beberapa keterpurukan yang ditimbulkan, karena memang IMF benar-benar menciptakan masalah di negara-negara berkembang. IMF tetap memelihara nilai tukar yang berlebihan sehingga memberi kesan seolah-olah IMF membuka peluang spekulasi di pasar.
Jika IMF benar-benar ingin membantu negara-negara berkembang, kenapa ia tidak memikirkan usaha-usaha kecil yang jelas-jelas penopang ekonomi negara saat krisis, membantu menyelesaikan pengangguran dan masyarakat miskin, ketimbang selalu memberikan rekomendasi yang terkadang sembarangan?
Kesalahan yang dilakukan lembaga IMF terhadap negara-negara berkembang bukanlah suatu kebetulan dan secara acak, tetapi merupakan konsekuensi sistematis dari kebijakan dasar yang bias dan tidak kena sasaran.
Stiglitz melihat penyimpangan secara sistematis yang dimiliki IMF itu sebagai cerminan dan pantulan suatu kegagalan moral yang diterapkan ke dalam negara-negara berkembang.
Ingin tahu lebih jauh tentang Stiglitz? Silahkan baca artikel sejarah Biografi singkat Joseph E. Stiglitz, semoga menambah wawasan pengetahuan.
No comments:
Post a Comment