Biografi. Sebagai ekonom dan orang yang terlibat dalam dunia politik Amerika Serikat, Stiglitz selalu memberikan kritikan pedas akan kondisi perekonomian Amerika Serikat dan kebijakan ekonominya. Ia secara tegas mengkritik serangan Amerika Serikat terhadap Irak karena telah mengguncang perekonomian dunia.
Stiglitz mengkritik kebijakan Presiden Bush atas invasinya ke Irak, karena telah membuat perekonomian Amerika Serikat mengalami kelesuan secara global. Dalam sebuah komentarnya, ia berkata : "Banyak orang berharap ekonomi akan mengalami booming jika Irak diserang. Mereka jelas akan kecewa".
Pada tahun 2003, ketika Presiden George W. Bush berencana menekan tingkat pajak, Stiglitz mengkritik pengurangan pajak yang akan melumpuhkan sektor keuangan pemerintah Amerika Serikat. Ia juga mengingatkan perihal pemborosan anggaran yang tak penting untuk invasi Irak.
Menurutnya, pengurangan pajak dipilih dengan mengabaikan berbagai opsi kebijakan lain untuk mendorong kegiatan ekonomi. Pengurangan pajak hanya akan menguntungkan orang kaya, sementara masyarakat yang membutuhkan uang, termasuk pengangguran hanya akan mendapatkan bagian sedikit.
Kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang amburadul tidak saja menyebabkan kebangkrutan secara teknis keuangan negara, tetapi juga menyebabkan timbunan utang hingga mencapai 105% dari total produk domestik bruto. Utang pun menumpuk karena biaya perang.
Dampak invasi Amerika Serikat terhadap Irak sangatlah besar. Irak menjadi korban perang yang sangat dirugikan. Irak mengalami kehancuran. Secara global, akibat invasi ini Irak mengalami lonjakan harga minyak.
Serangan atas Irak diasumsikan akan mengeluarkan biaya lebih kecil jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dunia. Manfaat secara ekonomi, dari stimulus perang yang dapat dari serangan AS atas Irak, kemungkinan tidak lebih besar dari dampak negatif serangan tersebut. Dampak negatifnya dapat berupa ketidakpastian investasi, konsumsi, dan kemungkinan dampak negatid akibat naiknya harga-harga minyak.
Dalam bukunya Stiglitz mengatakan bahwa melonjaknya harga minyak dunia dapat menyusutkan biaya konsumsi lainnya. Tingginya harga minyak yang diasumsikan dari skenario moderat mempresentasekan biaya langsung bagi perekonomian dunia sekitar 1,1 triliun dolar, dengan memperhitungkan akibat tak langsung makroekonomi.
Sejak invasi Irak dimulai, harga minyak naik sekitar 25 dolar per barel, manjadi lebih dari 90 dollar. Banyak yang mengatakan invasi AS atas irak untuk tujuan ekonomi, yaitu memonopoli minyak. Harga minyak semakin melambung tinggi sesaat setelah perang dimulai.
Semakin lama perang berlangsung, harga minyak dunia semakin melambung. Perang Irak menjadi penanda luar biasa akan melonjaknya harga minyak.
Stiglitz dalam bukunya, Dekade Keserakahan menguraikan mengenai munculnya gelombang perekonomian akibat hiperaktivitas perekonomian yang makin besar akibat lonjakan ekspansi dalam perekonomian maupun bursa saham, yang dimulai di era 90-an.
Menurut Stiglitz, di era ini pertumbuhan ekonomi melambung ke tingkat yang belum pernah tercapai dalam satu generasi. Dan Stiglitz meramalkan akan terjadi resesi ekonomi yang hebat di Amerika Serikat dan sebagian besar negara di dunia.
Stiglitz lebih banyak menyoroti perekonomian dan politik di AS, serta kaitannya dengan situasi di luar AS. Namun, ia menekankan bagaimana lonjakan ekonomi yang menggelembung dan globalisasi membawa serta benih-benih swadestruktif yang menghancurkan dirinya sendiri.
Menurut Stiglitz, strategi global AS tidak akan berhasil selama kebijakannya terus menekan negara-negara dunia ketiga untuk mengadopsi kebijakan yang berbeda dengan yang diadopsi oleh AS sendiri, yakni mengadopsi kebijakan pasar fundamentalis yang di dalam negeri AS justru sangat ditentang oleh pemerintahan Clinton, juga pengabaian AS terhadap prinsip keadilan sosial, kesetaraan, dan kejujuran.
Dalam pandangannya, perekonomian dunia sudah terbentuk untuk saling bergantung. Dan hanya dengan menciptakan tata dunia yang setara, maka stabilitas pasar global bisa diciptakan. Itu semua mensyaratkan adanya semangat kerja sama yang tidak dibangun di atas brutalitas, dengan mendikte kondisi yang tidak sesuai ditengah krisis, memaksakan perjanjian dagang yang curang, atau melaksanakan kebijakan yang bersandar ganda.
Lebih tajam lagi, Stiglitz menyebut Amerika Serikat sebagai negara penghancur ekonomi dunia. Kebijakan ekonomi atas pengurangan pajak dan invasi Irak yang membuat harga minyak menggelembung menjadi isyarat tersebut.
Menurut Stiglitz, perlu ada beberapa langkah khusus yang harus ditempuh di dunia ini, yakni menyembuhkan perekonomian yang parah, yaitu : pertama, dengan mengonversi pembiayaan kredit, dan kedua dengan stimulus yang baik dalam hal ekonomi, seperti asuransi untuk para pengangguran dan investasi infrastruktur yang baik dimasa depan.
Sebab, investasi infrastruktur akan menstimulasi ekonomi dalam jangka panjang. Di sisi lain, Stiglitz mengingatkan pemerintah dan lembaga keuangan untuk memperbaiki sistem keuangan dan menciptakan peraturan ekonomi global yang lebih adil dan setara.
Baca juga Kritikan seorang Joseph Stiglitz terhadap IMF, semoga menambah catatan tokoh dunia ekonomi.
No comments:
Post a Comment