Melanjutkan Periodesasi peradaban Islam masa Abbasiyah, pembahasan pertama adalah Pendirian Bani Abbas yang berlangsung dari tahun 750-857 Masehi atau 132-232 Hijriyah. Babak ketiga dalam drama besar politik Islam dibuka oleh Abu Al-Abbas (750-754) yang berperan sebagai pelopor. Negara Irak menjadi panggung drama besar itu.
Dalam khotbah penobatannya, yang disampaikan setahun sebelumnya di masjid Kufah, Khalifah Abbasiyah pertama itu menyebut dirinya as-saffih, penumpah darah, yang kemudian menjadi julukannya.
Julukan tersebut merupakan pertanda buruk, karena dinasti yang baru muncul itu mengisyaratkan bahwa mereka lebih mengutamakan kekuatan dalam menjalankan kebijakannya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam, di sisi singgasananya khalifah tergelar karpet yang digunakan sebagai tempat eksekusi.
As-Saffah menjadi pendiri dinasti Arab Islam ketiga setelah Khulafa Ar-Rasyidun dan Dinasti Umayah yang sangat besar dan berusia lama. Yaitu dari tahun 750 M hingga 1258 M., penerus Abu Al-Abbas memegang pemerintahan, meskipun mereka tidak selalu berkuasa.
Orang Abbasiyah mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati kekhalifahan, yaitu gagasan negara teokrasi yang menggantikan pemerintahan sekuler (mulk) Dinasti Umayah. Sebagai ciri khas keagamaan dalam istana kerajaannya, dalam berbagai kesempatan seremonial, seperti ketika dinobatkan sebagai khalifah dan shalat Jumat, khalifah mengenakan jubah (burdah) yang pernah dikenakan oleh saudara sepupunya, Nabi Muhammad SAW.
Akan tetapi, masa pemerintahannya begitu singkat. As-Saffah meninggal tahun 754 M karena penyakit cacar ketika berusia 30-an tahun.
Saudaranya yang juga penerusnya, Abu Ja'far (754-775), yang mendapat julukan Al-Manshur adalah khalifah terbesar Dinasti Abbasiyah. Meskipun bukan seorang muslim yang saleh, dialah sebenarnya, bukan As-Saffah yang benar-benar membangun dinasti baru itu. Seluruh khalifah yang berjumlah 35 orang berasal dari garis keturunannya.
Pada masa kejayaan Abbasiyah terletak pada khalifah secara As-Saffah. Dikutip dari Philip K. Hitti, bahwa masa keemasan (Golden Prime) Abbasiyah terletak pada 10 khalifah. Hal ini berbeda dengan Badri Yatim yang memasukkan 7 khalifah sebagai masa kejayaan Abbasiyah. Begitu pula, Harun Nasution hanya memasukkan 6 khalifah ke dalam kategori sebagai khalifah yang memajukan Abbasiyah.
Kesepuluh khalifah tersebut adalah sebagai berikut :
- As-Saffah (750)
- Al-Manshur (754)
- Al-Mahdi (775)
- Al-Hadi (785)
- Ar-Rasyid (786)
- Al-Amin (809)
- Al-Ma'mun (813)
- Al-Mu'tashim (833)
- Al-Watsiq (842)
- Al-Mutawakkil (847)
Dinasti Abbasiyah, seperti halnya dinasti lain dalam sejarah Islam, mencapai masa kejayaan politik dan intelektual mereka segara setelah didirikan. Kekhalifahan Baghdad yang didirikan oleh As-Saffah dan Al-Manshur mencapai masa keemasannya antara masa khalifah ketiga, Al-Mahdi dan kesembilanb AlWatsiq, dan lebih khusus lagi pada masa Harun Ar-Rasyid dan anaknya, Al-Ma'mun.
Karena kehebatan dua khalifah itulah, Dinasti Abbasiyah memiliki kesan baik dalam ingatan publik, dan menjadi dinasti paling terkenal dalam sejarah Islam. Diktum yang dikutip oleh seorang penulis antologi Ats-Tsa'alabi (w. 1038) bahwa dari khalifah Abbasiyah "sang pembuka" adalah Al-Manshur "sang penengah" adalah Al-Makmun, dan "sang penutup" adalah Al-Mu'tadhid (892-902) adalh benar.
No comments:
Post a Comment