Monumen Nasional Jakarta Tugu bersejarah - Monumen Nasional yang lebih dikenal dengan sebutan singkat "Monas" adalah sebuah monumen bersejarah. Monas dibangun dengan setinggi seratus tiga puluh dua (132) meter. Monumen Nasional Jakarta didirikan dalam rangka untuk mengenang perjuangan seluruh rakyat Indonesia ketika merebut kemerdekaan dari Belanda. Monumen Nasional di bangun bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia tahun 1961, masa pemerintahan Presiden Sukarno. Monas dibuka untuk khalayak umum pada 12 Juli tahun 1975.
Tugu Monas bermahkota lidah api berlapis lembaran emas, yang merupakan lambang semangat perjuangan rakyat Indonesia yang terus berkobat dan menyala. Tugu Monas berlokasi di tengah-tengah Lapangan Medan Merdeka, di Jakarta Pusat. Monumen Nasional dan Museum Nasional dibuka untuk pengunjung setiap hari dari jam 8 pagi WIB sampai pukul 15 WIB. Sedangkan setiap hari Senin minggu terakhir setiap bulan ditutup bagi pengunjung.
Sejarah Monumen Nasional
Masih ingat bahwa pusat pemerintahan RI zaman mempertahankan kemerdekaan berada di Yogyakarta? Baca kembali artikel sejarah : Yogyakarta ibu kota perjuangan gerilya
Ketika pusat pemerintahan Indonesia dikembalikan ke Jakarta, pada tahun 1949 Presiden Soekarno merencanakan membangun sebuah Monumen Nasional yang setara dengan Menara Eiffel di depan Istana Merdeka Jakarta. Pembangunan Monumen Nasional ditujukan untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam rangka memperjuangkan dan merebut kemerdekaan Republik Indonesia, agar generasi penerus bangsa Indonesia selalu memiliki jiwa patriotisme.
Sayembara rancangan Monumen Nasional
Pada tahun 1955, dibentuk sebuah komite nasional dan rancangan Monas digelar disayembarakan. Ada 51 karya rancangan monas yang masuk. Namun, satu rancangan ciptaan Frederich Silaban yang terpilih karena dianggap memenuhi kriteria oleh komite sayembara.
Mengapa rancangan Frederich Silaban dianggap memenuhi kriteria? Karena melambangkan atau menggambarkan karakter bangsa Indonesia.
Sayembara berikutnya digelar tahun 1960. namun dari 136 peserta tidak ada satu karyapun yang memenuhi kriteria komite.
Kemudian ketua juri sayembara meminta kepada Silaban untuk menunjukkan rancangan karyanya kepada Presiden Soekarno. Tetapi, ternyata rancangan monumen nasional tersebut tidak membuat Presiden Soekarno jatuh hati untuk mengiyakannya. Karena presiden menginginkan sebuah monumen yang melambangkan Lingga dan Yoni.
Oleh karenanya, Silaban diminta merancang sebuah monumen bertema lingga yoni. Tetapi setelah rancangan diajukan terlalu luar biasa yang diperkirakan banyak menguras keuangan negara, padahal kondisi ekonomi Indonesia sedang kembang kempis. Silaban tidak mau membuat rancangan monas yang lebih kecil dan menghemat biaya, justru menyarankan untuk menunda pembangunan sampai keadaan ekonomi Indonesia lebih baik.
Presiden Soekarno mengambil langkah menunjuk seorang arsitek bernama R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan tersebut. R.M. Soedarsono mengambil tema angka 17, angka 8, dan angka 45, yang merujuk pada tanggal, bulan dan tahun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu 17 Agustus 1945. Pada akhirnya rancangan Monumen Nasional digarap oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono, dan mulai dibangun 17 Agustus 1961 pada areal seluas 80 hektare.
Bagaimana rancangan pembangunan Monumen Nasional?
Pembangunan Monumen Nasional atau Monas didasarkan pada konsep Lingga dan Yoni. Tugu yang menjulang lurus setinggi 132 meter ini merupakan lingga perlambang laki-laki, sebuah elemen bersifat aktif sekaligus positif, dan merupakan lambang siang hari.
Sedangkan pelataran berbentuk cawan yang berperan sebagai landasan tugu adalah Yoni. Yoni tersebut melambangkan wanita, yang merupakan elemen pasif dan negatif, melambangkan malam hari.
Jadi, Lingga Yoni adalah lambang kesuburan dan kesatuan serasi saling melengkapi semenjak masa prasejarah Indonesia. Namun ada pula yang menafsirkan bahwa bentuk Monumen Nasional atau Tugu Monas yang demikian megah merupakan sepasang "alu" dan "Lesung". Dalam masyarakat tradisional Jawa, alu merupakan alat penumbuk padi, sedangkan lesung merupakan tempat menumbuk padi. Dengan demikian rancangan pembangunan Monumen nasional merupakan sebuah bangunan yang dipenuhi kekhasan budaya masyarakat/bangsa Indonesia.
Di Taman Medan Merdeka Utara terdapat sebuah kolam yang memiliki ukuran 25m persegi., sengaja dibangun agar udara disekitar Taman Monas lebih sejuk. Di dekatnya lagi dibangun juga air mancur yang dihiasi patung Pangeran Diponegoro sedang menunggang kuda. Patung tersebut terbuat dari perunggu berbobot 8 ton, yang dibuat oleh pemahat terkenal dari Italia bernama Prof. Coberlato, yang ditujukan sebagai sumbangan dari Konsulat Jendral Honores untuk Indonesia Dr. Mario Bross.
Pembangunan Monumen Nasional (Tugu Monas)
Monumen Nasional dibangun melalui 3 tahap utama, yaitu sebagai berikut :
1. Pembangunan tahap pertama
Pembangunan Monumen Nasional tahap awal 1961/1962 dan 1964/1965, secara resmi pembangunan dimulai tanggal 17 Agustus 1961 bertepatan dengan hari ulang tahun kemerdekaan RI. Presiden Soekarno secara simbolis menancapkan pasak beton pertama.
Total pasak beton yang ditanam sejumlah 284, difungsikan sebagai pondasi utama Monas. Sedangkan sejumlah 360 pasak beton ditanamkan sebagai pondasi Museum Nasional. Seluruh pembangunan pondasi selesai bulan Maret tahun 1962. Pembangunan dinding museum rampung bulan Oktober 1962.
2. Pembangunan tahap pertama
Pembangunan Monumen Nasional tahap ke-2 berlangsung kurang lebih 2 tahun, dari tahun 1966 sampai 1968. Tersendatnya pembangunan Monas karena akibat terjadinya Gerakan 30 September 1965 (G-30-S/PKI) dan berbagai pemberontakan dalam negeri Indonesia.
3. Pembangunan tahap ketiga
Pembangunan Monumen Nasional museum sejarah nasional tahap ke-3/tahap akhir berjalan dari tahun 1969 sampai 1976. Namun, meski pembangunan telah usai, masih terjadi berbagai masalah. Salah satu masalah yang timbul adalah bocornya air yang menyebabkan museum nasional tergenang.
Apa saja yang terdapat di Monumen Nasional?
Ruang Kemerdekaan
Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater terdapat di dalam cawan monumen nasional (monas). Ruangan tersebut dapat dikunjungi melalui tangga berputar dari pintu utara dan pintu selatan. Di sana terdapat simbol kenegaraan dan kemerdekaan Indonesia. Antara lain : naskah asli proklamasi kemerdekaan yang tersimpan di kotak kaca dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan NKRI berlapis emas, dan bendera merah putih. Pada dinding tertulis naskah proklamasi.
Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional merupakan sebuah ruangan yang tenang yang dapat digunakan untuk mengheningkan cipta. Di ruang kemerdekaan terdapat sebuah pintu mekanis yang terbuat dari perunggu seberat 4 ton yang dilapisi emas berukir bunga Wijaya Kusuma yang merupakan lambang keabadian. Juga ukiran bunga Teratai yang merupakan lembang kesucian. Pintu tersebut terletak di dinding sisi barat yang dilapisi marmer hitam.
Pintu di ruang kemerdekaan disebut Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka dan memperdengarkan lagu Padamu Negeri, kemudian terdengar rekaman suara Soekarno sedang membacakan naskah proklamasi kemerdekaan yang berkumandang pada tanggal 17 Agustus 1945.
Di sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila yang terbuat dari perunggu berlapis emas seberat 3,5 ton. Pada bagian timur terpampang tulisan naskah proklamasi dengan huruf terbuat dari perunggu, Di bagian utara dinding marmer hitam digambarkan kepulauan Nusantara yang dilapisi emas,
Puncak Monumen Nasional dan Api Kemerdekaan
Sebuah pelataran yang dibangun setinggi 115 meter merupakan sebuah tempat yang dapat digunakan pengunjung untuk menikmati indahnya pemandangan kota Jakarta dari ketinggian Monumen Nasional.
Lift pada pintu selatan dapat digunakan pengunjung untuk menuju pelataran puncak dengan 11 meter persegi dengan ketinggian 115 meter dari atas permukaan tanah. Lift tersebut sanggup membawa 11 orang dalam sekali angkut.
Sedangkan pelataran puncak tersebut dapat menampung 50 orang tanpa berdesakan. Disana disediakan sebuah teropong yang dapat digunakan untuk melihat seluruh penjuru kota Jakarta dengan lebih jelas.
Monumen Nasional puncak berupa cawan yang menyangga nyala lampu perunggu seberat 14,5 ton berlapis emas 35 Kilogram. Obor tersebut setinggi 14 meter dengan diameter 6 m. Lidah api merupakan lambang semangat perjuangan rakyat Indonesia yang sealu menyala dalam meraih kemerdekaan.
Pada awalnya nyala api perunggu tersebut dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram, namun dalam rangka menyambut perayaan 50 tahun kemerdekaan RI tahun 1995, lembaran emas tersebut kembali dilapisi emas, hingga beratnya mencapai 50.
Puncak Monumen Nasional berupa Api Nan Tak Kunjung Padam yang memiliki makna agar bangsa Indonesia selalu memiliki semangat menyala abadi sepanjang masa. Seorang pengusaha Aceh salah satu orang terkaya di Indonesia bernama Teuku Markam, menyumbangkan 28 kg emas dari 38 kg emas yang ada pada obor monumen nasional (Monas).
Relief Sejarah Monumen Nasional Indonesia
Di setiap sudut halaman luar Monumen Nasional terlihat relief penggambaran sejarah bangsa Indonesia. Relief tersebut berawal dari sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara masa lampau yang menampilkan sejarah Singasari dan Majapahit. Relief ini berjalan searah jarum dan secara kronologis menceritakan masa penjajahan Kolonial Belanda, perjuangan rakyat Indonesia, terbentuknya organisasi modern abad ke-20, Sumpah Pemuda 28 oktober 1928, penjajahan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan dan sebagainya
Museum Sejarah Nasional
Dasar Monumen Nasional dibangun sebuah Museum Sejarah Nasional Republik Indonesia. Ruangan tersebut berukuran 80 meter persegi, yang mampu menampung pengunjung 500 orang tanpa berdesakan.
Ruangan Museum Sejarah Nasional berlapis marmer, terdapat 51 dekorasi. Dekorasi tersebut menggambarkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru pemerintahan Bapak Soeharto.
Demikian ulasan mengenai Monumen Nasional Jakarta Tugu bersejarah, sebuah tugu peringatan yang sering di sebut Tugu Monas. Bagi anda yang penasaran ingin melihat secara langsung megahnya Monumen Nasional (Monas) silahkan berkunjung ke Ibu Kota Indonesia Jakarta.
No comments:
Post a Comment