4 peninggalan sejarah bercorak agama Hindu. Pengaruh agama Hindu tidak hanya mengantarkan bangsa Indonesia memasuki zaman sejarah, tetapi juga membawa perubahan dalam kehidupan bermasyarakat.
Perubahan tersebut antara lain timbulnya bentuk pemerintahan kerajaan serta corak keagamaan Hindu dalam peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah dapat berupa bangunan atau candi, prasasti, tradisi atau kebiasaan, atau karya seni.
Perubahan tersebut antara lain timbulnya bentuk pemerintahan kerajaan serta corak keagamaan Hindu dalam peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah dapat berupa bangunan atau candi, prasasti, tradisi atau kebiasaan, atau karya seni.
Peninggalan sejarah bercorak Hindu
Beberapa peninggalan sejarah bercorak agama Hindu yang dikenal luas saat ini antara lain sebagai berikut :
1. Candi
Candi merupakan salah satu bangunan peninggalan sejarah pada masa Hindu. Dahulu, candi banyak digunakan sebagai tempat menyimpan abu jenazah seorang raja. Beberapa bangunan candi peninggalan pada masa Hindu adalah sebagai berikut :
a. Candi Prambanan
Candi Prambanan yang disebut juga Candi Lara Jonggrang merupakan candi yang bercorak Hindu yang cukup besar. Berdasarkan Prasasti Mantiasih, Siwargha, dan tulisan pendek pada Candi Prambanan, diketahui bahwa pendiri Candi Prambanan adalah Sri Maharaja Rakai Pikatan. Candi ini dibangun pada abad IX Masehi, pada masa Kerajaan Mataram Kuno.
Candi Prambanan dibagi menjadi 3 bagian. Ketiga bagian itu adalah halaman pertama atau jeroan, halaman kedua atau tengahan, dan halaman ketiga atau jaba.
Candi-candi di kompleks Candi Prambanan di antaranya Candi Syiwa Mahadewa, Candi Wishnu, Candi Brahma, Candi Angsa, Candi Nandi, dan Candi Garuda.
Peninggalan Hindu Candi Prambanan |
b. Candi Cangkuang
Candi Cangkuang terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Candi ini diperkirakan berasal dari abad VII-VIII Masehi. Bentuk bangunan candi sangat sederhana. Keterangan mengenai Candi Cangkuang belum lengkap.
c. Candi Dieng
Candi Dieng terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Candi Dieng bercorak agama Hindu, yang dibangun sekitar abad VIII-XI Masehi. Candi Dieng dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut :
- Candi kelompok utara, yaitu Parikesit dan Dwarawati.
- Candi kelompok tengah, yaitu Arjuna, Srikandi, Puntadewa, Sembadra, dan Semar. Kelompok candi ini disebut kelompok Candi Pandawa.
- Candi kelompok barat, yaitu Setyaki, Antareja, Petruk, Gareng, Sadewa, dan Gatotkaca.
- Candi kelompok timur, yaitu Abiyasa dan Pandu.
- Candi kelompok selatan, yaitu Bima.
Untuk candi sebelah utara sudah tidak utuh, candi kelompok barat pun sudah tidak utuh, kecuali Candi Gatotkaca.
2. Prasasti
Masuknya agama Hindu bisa dilihat dari peninggalan sejarah berupa prasasti. Prasasti disebut juga "batu bersurat" atau "batu bertulis". Bahan prasasti biasanya terbuat dari batu atau lempengan logam yang terbuat dari tembaga. Prasasti peninggalan agama Hindu yang terkenal adalah sebagai berikut :
1. Prasasti Kerajaan Kutai
Yupa merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Kutai yang berbentuk tugu peringatan pada upacara tertentu. Tulisan pada Yupa menggunakan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta. Dari keterangan pada Yupa tersebut dapat diketahui masuknya agama Hindu ke Indonesia. Prasasti Yupa diperkirakan berasal dari abad ke-4 Masehi. Prasasti ini membuktikan adanya kerajaan Hindu tertua Nusantara, yaitu Kerajaan Kutai yang berada di Kalimantan timur. Selengkapnya mengenai kerajaan ini silahkan baca di artikel sejarah Tentang Kerajaan Kutai dan 3 rajanya
Yupa pertama kali dibuat oleh Raja Mulawarman sebagai bukti bahwa raja sudah mempersembahkan korban dan berbagai hadiah kepada brahmana.
2. Prasasti Kerajaan Tarumanegara
Ada beberapa prasasti yang ditemukan pada zaman Kerajaan Tarumanegara. Prasasti tersebut adalah Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, dan Prasasti Muara Cianteun. Kesemua prasasti tersebut ditemukan di daerah Bogor, Jawa Barat. Prasasti Tugu ditemukan di Cilincing, Jakarta, Prasasti Lebak ditemukan di Desa lebak, di tepi sungai Cidanghiang, Banten.
Melalui keterangan yang ada pada prasasti dapat diketahui bahda di Jawa Barat pada zaman dahulu terdapat masyarakat yang hidup teratur. Masyarakat sudah hidup menetap dan bertani. Mereka hidup makmur. Untuk keperluan pengairan dibangun Sungai Gomati sepanjang 12 kilometer. Sungai Gomati juga berguna untuk mencegah bahaya banjir.
Keterangan pada prasasti membuktikan bahwa Raja tarumanegara, yaitu Purnawarman yang telah memperhatikan rakyatnya. Sepeninggal Raja Purnawarman belum diketahui lagi perkembangan selanjutnya.
Contoh tradisi atau kebiasaan peninggalan sejarah pada masa Hindu antara lain tradisi di Hari Raya Nyepi dan upacara Ngaben.
a. Tradisi di Hari Raya Nyepi
Nyepi merupakan upacara agama Hindu di Bali dalam rangka pergantian Tahun Saka. Rangkaian upacara Nyepi terdiri atas Mekiis, Tawur kesanga, Nyepi, dan Ngembak api.
Ingin mengetahui peninggalan bersejarah lainnya? Silahkan baca artikel berikut :
- 5 bentuk peninggalan sejarah di Indonesia
- Peninggalan sejarah Islam Seni budaya yang unik
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai 4 peninggalan sejarah bercorak agama Hindu, semoga menjadi catatan sejarah bagi pengunjung blog ini.
Ada beberapa prasasti yang ditemukan pada zaman Kerajaan Tarumanegara. Prasasti tersebut adalah Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, dan Prasasti Muara Cianteun. Kesemua prasasti tersebut ditemukan di daerah Bogor, Jawa Barat. Prasasti Tugu ditemukan di Cilincing, Jakarta, Prasasti Lebak ditemukan di Desa lebak, di tepi sungai Cidanghiang, Banten.
Melalui keterangan yang ada pada prasasti dapat diketahui bahda di Jawa Barat pada zaman dahulu terdapat masyarakat yang hidup teratur. Masyarakat sudah hidup menetap dan bertani. Mereka hidup makmur. Untuk keperluan pengairan dibangun Sungai Gomati sepanjang 12 kilometer. Sungai Gomati juga berguna untuk mencegah bahaya banjir.
Keterangan pada prasasti membuktikan bahwa Raja tarumanegara, yaitu Purnawarman yang telah memperhatikan rakyatnya. Sepeninggal Raja Purnawarman belum diketahui lagi perkembangan selanjutnya.
3. Karya Sastra
Peninggalan sejarah masa lampau juga berupa kesusastraan. Sastra pada waktu itu umumnya berupa nasihat, pujian terhadap raja yang memerintah, dan cerita kepahlawanan. Karya sastra yang terkenal antara lain sebagai berikut :- Negarakertagama, ditulis oleh Mpu Prapanca.
- Sutasoma, ditulis oleh Mpu Tantular.
- Arjunawiwaha, ditulis oleh Mpu Kanwa.
4. Tradisi/Kebiasaan
Tradisi/Kebiasaan adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama, turun-temurun dari nenek moyang dan masih dijalankan dalam masyarakat. Tradisi dapat berupa adat istiadat, ritual-ritual, ajaran sosial, nilai-nilai, maupun aturan perilaku.Contoh tradisi atau kebiasaan peninggalan sejarah pada masa Hindu antara lain tradisi di Hari Raya Nyepi dan upacara Ngaben.
a. Tradisi di Hari Raya Nyepi
Nyepi merupakan upacara agama Hindu di Bali dalam rangka pergantian Tahun Saka. Rangkaian upacara Nyepi terdiri atas Mekiis, Tawur kesanga, Nyepi, dan Ngembak api.
- Mekiis, Melis, atau Melasti, adalah upacara pembersihan sarana dan prasarana perangkat sembahyang.
- Tawur Kesanga, Tawur Agung, atau Mararu adalah persembahan kurban suci bagi roh-roh yang membahayakan.
- Nyepi atau Sipeng, adalah kegiatan yang dilakukan tepat pada tanggal 1 bulan 1tahun baru Saka. Pada tanggal itu umat Hindu melakukan amati geni, amati karya, amati lalungunan, dan amati lelalungan. Maksudnya, umat Hindu tidak melakukan kegiatan yang menggunakan api, tidak melakukan perjalanan, dan tidak bersuka ria.
- Ngembak api atau Ngembak Geni, adalah mulai menggunakan api kembali seperti biasa.
b. Upacara Ngaben
Upacara Ngaben adalah upacara pembakaran mayat atau kremasi jenazah yang dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali.
Ingin mengetahui peninggalan bersejarah lainnya? Silahkan baca artikel berikut :
- 5 bentuk peninggalan sejarah di Indonesia
- Peninggalan sejarah Islam Seni budaya yang unik
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai 4 peninggalan sejarah bercorak agama Hindu, semoga menjadi catatan sejarah bagi pengunjung blog ini.
No comments:
Post a Comment